Bitcoin Berpeluang Cetak Rekor Baru di Level US$ 75.000 Jelang Pemilu AS dan FOMC



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bitcoin (BTC) semakin dekat untuk menembus level harga tertinggi sepanjang masa atau All Time High (ATH). Pekan pemilu Amerika Serikat (AS) dan pertemuan FOMC The Fed bakal menjadi momen krusial bagi pasar kripto khususnya Bitcoin.

Trader Tokocrypto, Fyqieh Facrur mengatakan, kebijakan suku bunga yang lebih akomodatif dan potensi kebijakan kripto yang lebih ramah saat ini menjadi penantian pasar. Kedua faktor tersebut dapat mengantarkan Bitcoin untuk mencetak rekor baru.

Fyqieh mencermati, pemilu AS sering kali memicu volatilitas di pasar keuangan global, termasuk aset kripto. Apalagi, jika kepemimpinan baru mendukung kebijakan pro-kripto, maka sentimen pasar terhadap Bitcoin bisa semakin positif.


"Ekspektasi regulasi yang lebih mendukung dapat memperkuat permintaan terhadap aset kripto. Selain itu, antisipasi bahwa ETF Bitcoin Spot akan mendapat dukungan dari pemerintah yang pro-kripto bisa menarik lebih banyak investor institusional untuk masuk ke pasar, meningkatkan likuiditas dan daya tarik Bitcoin," kata Fyqieh kepada Kontan.co.id, Rabu (30/10).

Baca Juga: Perekonomian AS Mencatat Pertumbuhan Positif Menjelang Pemilu Presiden

Kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS, secara umum jauh lebih disambut positif oleh industri kripto. Hal itu karena Trump sudah cukup vokal menyuarakan dukungannya untuk aset kripto yang pernah berbicara dalam konferensi Bitcoin pada Juli lalu.

Tak hanya itu, Trump juga berencana memecat ketua Komisi Sekuritas dan Bursa atau Securities and Exchange Commission (SEC) AS yang seringkali menghambat perizinan ataupun inovasi di industri kripto. Dengan begitu, pasar memperkirakan industri kripto bakal lebih berkembang di bawah kepemimpinan Trump.

Namun, Kamala Harris juga belum lama ini mengungkapkan dukungannya untuk kripto dan teknologi kecerdasan buatan (AI). Calon Presiden dari Partai Demokrat ini memang memiliki hubungan dengan industri teknologi, sejak ia menjabat sebagai Jaksa Agung di California pada 2010.

"Kemenangan pemimpin yang pro-kripto dapat memperkuat posisi Bitcoin sebagai aset utama dan mendorong lebih banyak minat institusional, yang berpotensi mendorong harga menuju ATH baru," imbuh Fyqieh.

Baca Juga: Emas dan Bitcoin Instrumen Paling Menarik Saat Ketidakpastian, Simak Penjelasannya

Tak kalah penting, Fyqieh berujar, keputusan FOMC terkait suku bunga pada 7 November mendatang juga menjadi sorotan investor. Sebab, jika FOMC memutuskan untuk menurunkan atau mempertahankan suku bunga, maka akan menjadi sinyal positif bagi aset berisiko seperti Bitcoin.

Kebijakan suku bunga yang longgar atau stabil cenderung menekan imbal hasil obligasi dan memperlemah nilai dolar AS, yang membuat Bitcoin semakin menarik sebagai lindung nilai (hedge) inflasi.

Di sisi lain, jika FOMC tetap hawkish atau menunjukkan sikap agresif terhadap inflasi dengan menaikkan suku bunga lebih lanjut, maka ini dapat menambah tekanan pada Bitcoin dan aset kripto lainnya (altcoin).

"Apabila pemangkasan suku bunga kembali terjadi, maka investor akan mencari alternatif aset dengan imbal hasil yang lebih tinggi, termasuk aset kripto sebagai pelindung nilai. Kombinasi dari kemenangan Trump dan pemangkasan suku bunga dapat menciptakan kondisi pasar yang sangat bullish untuk Bitcoin," kata Fyqieh.

Baca Juga: Bitcoin Tembus US$70.000, Lonjakan Terbesar di Tengah Krisis Keuangan Global

Fyqieh meyakini, peluang  BItcoin untuk mencapai rekor baru dalam waktu dekat semakin besar. Hal itu karena pergerakan harga Bitcoin kian mendekati level tertingginya di US$ 73.750 yang pernah dicapai pada bulan Maret lalu.

Harga BTC sempat menyentuh US$ 73.400 belum lama ini, sebelum turun kembali ke US$ 72.274. Tetapi sinyal kuat untuk memasuki fase price discovery tetap ada, terlebih sebelum penutupan Oktober.

Dominasi Bitcoin yang tinggi di pasar dan peningkatan volume transaksi harian hingga 14,86% menunjukkan minat investor yang signifikan. Hal ini juga diperkuat dengan arus masuk ETF BTC yang mencapai US$ 870,02 juta pada tanggal 29 Oktober.

Sinyal bullish yang didukung oleh katalis pasar seperti dominasi BTC yang mencapai 58,7%, memberikan indikasi kuat bahwa ATH baru sangat mungkin terjadi. Secara teknikal, pola cup and handle juga telah selesai, yang biasanya merupakan pola bullish klasik yang mendukung kenaikan harga lebih lanjut.

"Jika momentum positif ini terus berlanjut, maka ATH baru Bitcoin di atas US$ 75.000 tampak sangat realistis, sebelum bulan ini berakhir," tutur Fyqieh.

Baca Juga: Nyaris Cetak Rekor Tertinggi, Harga Bitcoin Bisa Melesat ke Posisi Ini di Akhir Tahun

Namun jauh sebelum pemilu AS dan FOMC, Fyqieh menyebutkan bahwa terdapat beberapa peristiwa yang perlu dicermati. Beberapa faktor penting, seperti laporan pengangguran di AS dan melemahnya pasar tenaga kerja perlu menjadi perhatian karena dapat mempengaruhi kebijakan suku bunga.

Jika data pengangguran AS menunjukkan pelemahan pasar tenaga kerja, ini dapat mendorong penurunan imbal hasil dan memicu lonjakan permintaan aset berisiko, termasuk Bitcoin dan ETH. Selain itu, faktor makroekonomi dan geopolitik, seperti pemilihan presiden AS yang akan datang dan antusiasme terhadap ETF spot, juga turut mendorong reli Bitcoin saat ini.

Secara keseluruhan, Fyqieh menilai, prospek untuk Bitcoin mencapai level tertinggi (ATH) menjelang pemilu dan FOMC cukup kuat, dengan sentimen pasar dan data teknikal mendukung pergerakan positif. Namun, investor juga harus tetap waspada terhadap potensi koreksi yang bisa mengganggu momentum positif saat ini.

"Jika dominasi BTC di pasar terus meningkat dan faktor-faktor makroekonomi tetap mendukung, maka harga BTC memiliki peluang besar untuk menembus ATH di sekitar US$75.000. Bahkan, BTC mungkin bisa mencapai kisaran US$ 80.000–US$ 85.000 dalam beberapa bulan mendatang," pungkas Fyqieh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati