KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) berbalik menguat alias rebound dari koreksi sejak dua hari lalu yang sempat turun di kisaran US$ 34.500. BTC kini menargetkan untuk menutup minggu ini dengan target menembus level US$ 38.000 atau sekitar Rp 591 juta. Mengutip Coinmarketcap Kamis (16/11) pukul 11.10 WIB, harga Bitcoin berada di posisi US$37.424. Harga aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar ini telah melonjak sekitar 5.60% dalam 24 jam terakhir dan telah naik 2.46% dalam periode sepekan. Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan, meskipun ada hambatan makro, harga Bitcoin diprediksi akan terus melonjak lebih tinggi.Terlebih data inflasi dan penjualan ritel AS yang dirilis minggu ini sangat mendukung narasi bahwa siklus pengetatan The Fed telah berakhir dan siklus penurunan suku bunga akan segera terjadi.
Baca Juga: Investor Semakin Optimistis, Dana Terus Mengalir ke Pasar Kripto Indeks harga konsumen (CPI) AS hanya 3,2% (YoY) di bulan Oktober, turun dari 3,7% di bulan September. Sementara, indeks harga produsen (PPI) untuk bulan Oktober hanya 1,3% (YoY) yang turun dari 2,2% pada bulan sebelumnya dan jauh di bawah perkiraan 1,9%. Inflasi PPI Inti turun ke tingkat tahunan sebesar 2,4% dari 2,7%. Fyqieh menjelaskan, mendinginnya inflasi dapat mendukung Bitcoin dalam jangka pendek karena beberapa pelaku pasar mungkin bersedia mengambil lebih banyak risiko. Ketika inflasi turun, mata uang radisional cenderung lebih stabil nilainya, yang dapat mengurangi daya tarik investasi dalam aset-aset seperti obligasi dan tabungan. “Dalam situasi ini, beberapa investor mungkin mencari alternatif yang lebih potensial untuk pertumbuhan modal, dan Bitcoin dapat menjadi salah satu pilihan mereka," kata Fyqieh dalam siaran pers, Kamis (16/11). Fyqieh menambahkan, adanya ketidakpastian ekonomi yang sering terkait dengan inflasi tinggi kemungkinan mendorong beberapa orang untuk melihat Bitcoin sebagai perlindungan terhadap potensi depresiasi mata uang tradisional. Bitcoin dikenal karena sifatnya yang terdesentralisasi dan terbatas dalam pasokan, sehingga dianggap sebagai alat lindung nilai potensial terhadap fluktuasi nilai mata uang fiat. Sementara itu, harapan akan persetujuan ETF Bitcoin spot di AS masih tetap tinggi, menjadi salah satu faktor yang menjaga semangat investor untuk terus mengakumulasi aset ini meskipun terjadi penurunan harga jangka pendek pada Bitcoin. Sampai saat ini, SEC masih belum memberikan persetujuan untuk ETF Bitcoin spot tersebut. Jendela waktu untuk persetujuan ini masih berlangsung hingga tanggal 17 November, dan jika SEC memutuskan untuk melanjutkan kebijakan penundaan persetujuan ETF, jendela waktu tersebut akan diperpanjang hingga tanggal 10 Januari. "Para investor merespons dengan melakukan entry secara bertahap ke dalam Bitcoin, didukung oleh kepercayaan pasar yang kuat dan minim koreksi. Harga Bitcoin berhasil meningkat dari US$ 34.000 menjadi US$ 38.000 dalam waktu singkat. Kepercayaan investor terhadap sentimen positif terkait ETF masih cenderung bullish," tutur Fyqieh. Apakah Beli Bitcoin di Level Sekarang Kemahalan? Beberapa investor mungkin bertanya apakah pembelian Bitcoin pada level harga saat ini terlalu mahal. Harga Bitcoin telah mengalami volatilitas yang signifikan dalam beberapa minggu terakhir, dan saat ini berada pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada awal tahun 2023. Namun, penting untuk diingat bahwa harga Bitcoin dapat sangat fluktuatif, dan pergerakannya tidak selalu mengikuti pola yang dapat diprediksi. "Pastikan tujuan investasi. Jika ingin berinvestasi jangka panjang, maka membeli Bitcoin di level sekarang tidak terlalu mahal. BTC memiliki potensi untuk tumbuh secara signifikan dalam jangka panjang, sehingga masih bisa mendapatkan keuntungan yang besar," terang Fyqieh.
Baca Juga: Trader Tokocrypto Sebut Prospek Bitcoin dan Etherium Positif, Ini Penjelasannya Untuk investasi jangka panjang pada Bitcoin dengan mempertimbangkan harga saat ini mungkin masuk akal, terutama jika dilihat sebagai peluang masuk pada level yang relative rendah. Proyeksi potensial kenaikan hingga mencapai All-Time High (ATH) sekitar US$ 120.000-US$ 150.000 atau sekitar Rp 1,8 miliar - Rp 2,3 miliar dalam siklus Bitcoin halving selanjutnya bisa menjadi faktor pendorong keputusan investasi. Namun, penting untuk dicatat bahwa siklus halving bukan jaminan pasti bahwa Bitcoin akan mencapai rekor ATH baru. Faktor-faktor seperti adopsi institusional, regulasi, perkembangan teknologi, dan sentimen pasar juga dapat memengaruhi pergerakan harga Bitcoin. "Oleh karena itu, sebelum membuat keputusan investasi, disarankan untuk melakukan analisis menyeluruh dan mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat memengaruhi pasar kripto," pungkas Fyqieh. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .