KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aset kripto bitcoin (BTC) masih mencatatkan kinerja tertinggi secara
year to date (ytd) diantara portofolio investasi lainnya. Sejak awal tahun hingga Juli 2023, harga bitcoin melesat 77% menjadi US$ 29.275,31 dari harga akhir Desember 2022 yang sebesar US$ 16.539,5. Di sisi lain, JPY-IDR menjadi portofolio dengan kinerja terburuk. Secara ytd hingga Juli 2023, Yen Jepang sudah anjlok 10,36% menjadi IDR 105,9 per JPY, dari IDR 118,14 per JPY pada akhir tahun lalu. Gabriel Rey De Leroy, Direktur Utama crypto exchange Triv mengatakan, kenaikan harga bitcoin yang signifikan utamanya didorong oleh permintaan bitcoin yang meningkat. Akumulasi pembelian terhadap bitcoin terus terjadi sepanjang tahun ini.
Menurut Gabriel, ketika ada penurunan harga, investor tetap berani mengoleksi bitcoin serta tetap mempertahankan posisi bitcoin dan tidak menjualnya.
Baca Juga: Sempat Terkoreksi Bulan lalu, Simak Proyeksi Pergerakan Bitcoin pada Agustus 2023 Pembelian terhadap bitcoin juga dilakukan, sebab investor menanti momentum bitcoin halving pada April 2024. “Bitcoin halving akan memacu harga sehingga banyak yang mengakumulasi bitcoin sejak kini,” ucap Gabriel saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (3/8). Namun, Gabriel mengimbau pelaku pasar untuk mewaspadai koreksi harga bitcoin yang kemungkinan terjadi pada Agustus dan September tahun ini. Ia berkaca pada historis empat sampai lima tahun terakhir yang menunjukkan bahwa harga bitcoin biasanya sedikit melemah di dua bulan tersebut. Namun, setelah September, harga bitcoin biasanya kembali menguat. Oleh sebab itu, Gabriel menilai, koreksi yang terjadi di Agustus dan September dapat menjadi waktu yang tepat bagi investor untuk mengakumulasi bitcoin. Ia menyarankan investor untuk membeli bitcoin dengan strategi
dollar cost averaging (DCA) supaya bisa mendapat variasi harga terbaik. Apabila ekonomi global tidak mencapai resesi hingga Desember 2023, Gabriel memprediksi harga bitcoin dapat menyentuh level US$ 30.000-US$ 35.000. Kemudian, terkait dengan anjloknya kinerja JPY-IDR, Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menyampaikan, Yen memang berkinerja sangat buruk dalam beberapa tahun ini. Hal ini disebabkan oleh suku bunga acuan Bank of Japan (BoJ) yang tetap dipertahankan dalam angka negatif. “Kondisi ini menyebabkan selisih suku bunga acuan Jepang terhadap sebagian besar negara yang terus menaikkan suku bunga menjadi semakin lebar. Hal inilah yang mendorong pelemahan Yen termasuk terhadap rupiah,” tutur Sutopo.
Baca Juga: Kehadiran Bursa Kripto Kembalikan Gairah Pasar dan Investor di Indonesia Belakangan ini, BoJ mengubah ambang batas suku bunga obligasi pemerintah Jepang yang semula berada di 0,50% menjadi 1%. Hal ini membuat Yen menguat tajam, tetapi hanya sementara. Namun, untuk ke depannya, Sutopo memperkirakan, Yen bisa saja mengalami penguatan apabila ada intervensi dari BoJ. Pasalnya, Yen yang terus melemah tidak menguntungkan Jepang meskipun pelemahan Yen telah menopang banyak bisnis karena akomodasi yang diberikan BoJ serta membuat inflasi Jepang tetap rendah. Di samping itu, Sutopo melihat, komoditas seperti tembaga, perak, emas, dan minyak menarik dijadikan aset investasi di akhir tahun ini. Mengingat, perubahan kebijakan China yang terus memangkas suku bunga untuk menopang perekonomiannya yang menurun, dapat meningkatkan lonjakan permintaan komoditas.
Baca Juga: Bitcoin Terkoreksi pada Juli, Intip Proyeksi Pergerakannya pada Bulan Ini “Namun, harga aset komoditas tersebut saat ini masih terlalu mahal untuk dikoleksi,” ucap Sutopo. Ia melihat kemungkinan bahwa harga komoditas tersebut dapat terkoreksi sejalan dengan potensi The Fed yang masih akan menaikkan suku bunganya sekali lagi serta adanya potensi perlambatan ekonomi global. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto