KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bitcoin (BTC) terseret jatuh ke level US$60.000, usai meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan kecemasan arah suku bunga. Di tengah kekhawatiran tersebut, Bitcoin diperkirakan sentuh level tertinggi baru di kuartal IV-2024. Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha menyebutkan, penurunan Bitcoin diawali oleh pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, terkait pemotongan suku bunga yang akan datang pada Senin (30/9). Beberapa investor cemas karena pemotongan suku bunga ke depan mungkin tidak akan agresif, dengan perkiraan dua kali pemangkasan sebesar 0,25% terjadi hingga akhir tahun 2024. Selain itu, meningkatnya ketegangan di Timur Tengah pada Selasa (1/10), menurunkan selera investor berinvestasi di aset berisiko tinggi seperti kripto, di awal bulan dan kuartal baru dimulai. Ketegangan di timteng menyusul Iran yang meluncurkan serangan rudal balistik ke Israel, sehingga memicu ketidakpastian di pasar.
Adapun, Rabu pagi (2/10) pukul 10.00 WIB, BTC bergerak di level US$61.800, sedikit naik setelah sempat turun mendekati level
support US$60.000 pada perdagangan Selasa (1/10). Dari sisi teknikal, Panji menganalisis, jika BTC dapat bertahan di atas
support US$60.000, maka potensi kembali naik ke sekitar MA-20 di US$62.500 dan
resistance US$64.000. Sementara, jika terjadi penurunan dibawah US$60.000, maka BTC potensi lanjut melemah ke
support selanjutnya di sekitar US$57.000.
Baca Juga: Bitcoin Anjlok Tertekan Tensi Timur Tengah, Masih Adakah Peluang Uptober? Meskipun demikian, September 2024 menjadi bulan yang bersejarah bagi Bitcoin, di mana aset kripto ini mencetak kenaikan sebesar 7,35% yang mencatatkan rekor penutupan paling positif sejak 2013 atau dalam satu dekade terakhir. Selain itu, walau mengalami penurunan dari US$65.000 ke US$63.000 pada akhir penutupan bulan September, Bitcoin juga berhasil menutup kuartal ketiga dengan hasil positif hampir 1%. "Pencapaian ini menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan, minat dan kepercayaan terhadap Bitcoin tetap kuat," ujar Panji dalam siaran pers, Rabu (2/10). Panji menyoroti bahwa salah satu faktor kunci yang mendukung performa positif Bitcoin di bulan September adalah lonjakan
inflow dari institusi ke ETF spot Bitcoin, yang melonjak dari US$397,20 juta di pekan sebelumnya menjadi US$1,11 miliar pada pekan lalu. Ini menandakan peningkatan kepercayaan dari investor besar terhadap prospek Bitcoin, yang menjadi sinyal
bullish menjelang memasuki kuartal keempat. Di pekan pertama kuartal baru ini, investor dapat memperhatikan data Non Farm Payroll (NFP) Amerika Serikat (AS). Departemen Tenaga Kerja AS akan merilis data NFP bulan September pada hari Jumat (4/10), yang menjadi indikator utama kesehatan pasar tenaga kerja. Sebelumnya, data NFP bulan Agustus menunjukkan kelemahan sebesar 142 ribu, namun September diharapkan menunjukkan perbaikan menjadi 144 ribu. Panji menuturkan, jika angka NFP lebih kuat dari yang diharapkan, Fed mungkin akan mempertahankan atau bahkan memperketat kebijakan moneternya, yang bisa memperlambat pasar kripto. Sebaliknya, jika data pekerjaan lebih lemah, spekulasi mengenai pemotongan suku bunga yang lebih agresif oleh Fed bisa meningkat, memberi dukungan bagi Bitcoin dan Ether. "Meskipun inflasi di AS menurun, pasar tenaga kerja tetap menjadi faktor penting dalam keputusan Fed ke depan,” kata Panji.
Baca Juga: Bitcoin Naik Lebih dari 2%, Mencapai US$66.000 di Tengah Data Inflasi Positif Memasuki kuartal keempat, para trader Bitcoin tetap optimis. Data menunjukkan bulan Oktober cenderung memberikan hasil positif bagi Bitcoin, dengan rata-rata kenaikan mencapai 22,9% periode 2013 - 2023. Dengan latar belakang pemotongan suku bunga di AS dan stimulus fiskal serta moneter yang signifikan dari China, banyak yang berharap bahwa likuiditas pasar akan meningkat, mendukung kinerja Bitcoin pada kuartal empat.
Terlebih lagi, menjelang pemilihan umum AS pada bulan November, kondisi yang menguntungkan dapat mendorong harga Bitcoin ke level yang lebih tinggi melampaui
All Time High (ATH) Bitcoin di level US$73.750 menjadi ke kisaran US$80.000 - US$90.000. Secara keseluruhan, Panji berujar, meskipun bulan September 2024 menyajikan tantangan bagi Bitcoin, hasil bulanan yang positif dan aliran institusi yang meningkat menunjukkan optimisme di pasar. Dengan adanya pemotongan suku bunga yang diharapkan dan tren historis yang mendukung kinerja Bitcoin di kuartal keempat, para investor dan trader harus memantau perkembangan ini dengan cermat. "Momentum yang ada menjelang pemilihan umum di AS dan sentimen positif di pasar dapat menjadi pendorong utama bagi Bitcoin untuk memasuki fase
bullish di kuartal keempat," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih