KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) sempat anjlok setelah aksi jual dramatis pada Senin (5/8). Namun, pada Rabu (7/8), BTC kembali menguat. Berdasarkan CoinmarketCap, pukul 22.00 WIB, harga Bitcoin naik 0,15% ke level US$ 56.094. Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha mengatakan, kenaikan harga Bitcoin ini salah satunya didorong oleh komentar terbaru dari pejabat The Fed yang meredakan kekhawatiran resesi di Amerika Serikat (AS). Panji menuturkan, secara teknikal, harga Bitcoin kini berpotensi melewati
resistance di US$ 56.000 dan akan menuju level US$ 60.000. Namun, jika terjadi penolakan di level
resistance ini, BTC bisa kembali turun ke kisaran US$ 54.000-US$ 55.000.
“Indikator Stochastic menunjukkan
rebound di area oversold, sementara histogram MACD mengindikasikan potensi masuk ke zona bearish terbatas,” kata Panji kepada Kontan.co.id, Rabu (7/8). Baca Juga: Penguatan Harga Bitcoin Tertahan di Bawah Level US$ 60.000, Ada Apa? Di sisi lain, dia menjelaskan bahwa pemulihan harga BTC ini terjadi setelah harganya jatuh cukup signifikan pada Senin (5/8). Di mana, pasar terguncang oleh penguatan Yen Jepang, sehingga memicu aksi jual lebih lanjut karena ketegangan geopolitik di Timur Tengah. “Pasar kripto sangat terdampak, terutama karena investor institusional secara agresif menjual aset mereka,” imbuhnya. Selain itu, produk ETF Bitcoin yang terdaftar di AS mencatat arus keluar besar-besaran, dengan US$ 168,4 juta ditarik pada hari Senin dan tambahan US$ 148,56 juta pada Selasa (6/8), mendorong total arus keluar bersih bulan ini melampaui US$ 300 juta. Meski begitu, dia menilai penurunan tajam ini juga membuka peluang pembelian. Rainbow Chart Bitcoin, indikator teknikal yang populer, menunjukkan bahwa Bitcoin telah memasuki fase akumulasi, yang sering kali merupakan waktu yang tepat untuk membeli BTC sebelum potensi lonjakan harga.
Baca Juga: Bitcoin Masih Berpeluang Turun ke Bawah US$ 50.000, Investor Diharapkan Tetap Tenang Menurut dia, dengan melihat kembali kinerja Bitcoin pada tahun 2020, ada kemiripan dengan situasi saat ini. Di mana, setelah
crash akibat Covid-19, Bitcoin berhasil breakout dari pola descending broadening wedge dan melonjak ke harga tertinggi sepanjang masa (ATH). Lebih lanjut, Panji mengatakan bahwa sentimen pasar juga menunjukkan perubahan yang menarik. Pada hari Senin (5/8). Indeks Fear and Greed Bitcoin berada di level 17, zona
extreme fear, yang mencerminkan kekhawatiran pasar yang sangat tinggi. Namun, indeks tersebut kini telah naik ke level 29 di zona fear, menunjukkan pergeseran menuju pandangan yang lebih positif. Dia menilai bahwa pemulihan terbaru ini membawa Bitcoin kembali ke level US$ 56.000 - US$ 57.000, sehingga menunjukkan kepercayaan investor yang mulai pulih. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Bitcoin semakin dilihat sebagai aset
safe haven yang dapat menarik lebih banyak institusi dan membantu menstabilkan pasar kripto. “Dengan investor yang mencari peluang lebih menguntungkan, aliran modal ke pasar kripto meningkat, memperkuat posisi Bitcoin sebagai aset lindung nilai yang kuat, dengan potensi mencapai US$ 90.000-US$ 100.000 pada akhir tahun,” tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati