KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) diprediksi meningkat pada akhir tahun 2024. Bahkan, BTC diprediksi akan mencapai
all time high (ATH) baru pada akhir tahun 2024. Trader Tokocrypto, Fyqieh Facrur mengatakan bahwa dengan minat institusional yang semakin kuat dan potensi kebijakan pro-kripto pasca pemilu Amerika Serikat (AS), BTC berpotensi mencapai target harga sekitar US$ 73.000 hingga US$ 80.000 atau sekitar Rp 1,26 miliar pada akhir tahun.
Baca Juga: Intip Outlook Aset Kripto untuk 2025 dan Potensi Koin yang Prospektif "Momentum bullish kemungkinan akan berlanjut terutama jika hasil pemilu AS mengarah pada kebijakan yang lebih ramah bagi industri kripto," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (5/11). Untuk ETH, harga koin itu terus didukung oleh ekosistem DeFi dan aplikasi terdesentralisasi. ETH memiliki peluang untuk mencapai target harga US$ 2.700 hingga US$ 3.000 atau sekitar Rp 47,2 juta. Adopsi berkelanjutan dan pembaruan jaringan Ethereum 2.0 menjadi faktor yang mendukung peningkatan harga ini, sehingga menarik minat investor jangka panjang.
Baca Juga: Pasar Kripto Memasuki Pekan Krusial: Pemilu AS dan Keputusan Suku Bunga The Fed Fyqieh menuturkan, terdapat sejumlah sentimen pendorong harga BTC dan ETH. Pertama pemilu AS, yang mana persaingan antara Trump dan Harris membawa dampak besar pada pasar kripto. Trump, yang pro-kripto, diprediksi akan memberikan sentimen positif jika menang, terutama terkait janji untuk mencabut ketua SEC saat ini. Kedua, pemotongan suku bunga the Fed yang mana dengan kemungkinan dua pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada November dan Desember 2024 akan memberikan prospek lebih longgar bagi ekonomi. "Inflasi yang mendekati target 2% dan peningkatan pengangguran memberi alasan kuat bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter, yang bisa mendorong aliran dana ke aset alternatif, termasuk kripto," terangnya.
Baca Juga: Menebak Arah Bitcoin di Pekan Pilpres AS dan Pertemuan The Fed Selanjutnya, adopsi ekosistem dan inisiatif industri. Program Community Grants Polygon musim kedua di bulan November dan peluncuran produk Token Mill oleh Trader Joe's (LFJ) menambah momentum pertumbuhan ekosistem blockchain. Menurutnya, inisiatif tersebut memperkuat inovasi di blockchain dan menarik minat dari pengembang dan investor, khususnya dalam ekosistem Polygon dan Solana. Sementara itu, risiko berpotensi datang dari klaim pengangguran dan kondisi ekonomi. Fyqieh berpandangan tingkat klaim pengangguran yang lebih tinggi bisa menunjukkan pelemahan ekonomi AS. Sehingga berpotensi menurunkan belanja konsumen dan investasi. "Jika pasar tenaga kerja melemah, investor mungkin lebih berhati-hati, dan volatilitas pasar kripto bisa meningkat," sebutnya.
Baca Juga: Pemilu AS 2024: Ini Rencana Kebijakan Harris dan Trump Terkait Isu-Isu Utama Lalu, risalah FOMC dan pidato Jerome Powell, yang mana jika sinyal yang diberikan lebih hawkish atau ketidakpastian dalam prospek ekonomi maka dapat menekan pasar kripto. Selanjutnya, ketidakpastian pemilu bisa menciptakan volatilitas yang kuat di pasar kripto.
Pergantian regulasi atau pendekatan kebijakan bisa menimbulkan kekhawatiran dan membuat investor cenderung menunggu kepastian sebelum membuat langkah besar di pasar. "Harris yang lebih berhati-hati terhadap kripto bisa memicu volatilitas pasar," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto