Bitcoin Mencapai US$ 25.000 Untuk Pertama Kalinya Sejak Juni



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat reli terjadi pada mata uang kripto, harga Bitcoin sempat melampaui US$ 25.000 untuk pertama kalinya sejak pertengahan Juni. Momentum berlanjut dari data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah daripada perkiraan dan kemajuan menuju peningkatan besar Ethereum.

Mata uang kripto terbesar ini naik sebanyak 2,2% pada hari Minggu menjadi US$ 25.031, level tertinggi sejak 13 Juni. Sementara, Ether naik sebanyak 2% menjadi US$ 2.030.50, setelah melampaui US$ 2.000 pada hari Sabtu untuk pertama kalinya sejak 31 Mei. Ada optimisme penyelesaian peningkatan perangkat lunak blockchain yang dikenal sebagai Merge pada Ether.

“CPI berikutnya akan dirilis hanya dua hari sebelum penggabungan, di mana kami mengharapkan banyak momentum pra-acara untuk dimasukkan ke pasar,” kata Sean Farrell, ahli strategi aset digital Fundstrat dikutip dari Bloomberg, Senin (15/8).


Farrel pun berpandangan investor jangka panjang dan menengah bakal melihat data tersebut untuk menggunakan penurunan apa pun sebagai peluang membeli.

Baca Juga: Instagram Resmi Meluncurkan Fitur NFT di Indonesia, Ghozali Bikin NFT Khusus

Sebagai informasi, mata uang kripto berjuang sepanjang paruh pertama tahun ini ketika Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi yang sangat tinggi. Harga Bitcoin, Ether, dan token lainnya turun lebih dari 50%. 

Data inflasi AS yang berada di bawah ekspektasi dalam seminggu terakhir berpotensi membuka jalan bagi tindakan pengetatan yang kurang agresif dari The Fed. Aset berisiko seperti Indeks Nasdaq 100 telah naik dan akan membantu mengangkat harga kripto.

“Di luar peningkatan volume derivatif, kami juga berspekulasi bahwa investor crypto-native mungkin mulai mengambil risiko lebih besar,” kata Farrell.

Baca Juga: Pasar Kripto Tertahan Selama Sepekan

Sentimen positif ini datang di samping perkembangan positif untuk Ether karena blockchain Merge Ethereum kemungkinan akan terjadi sekitar 15 September. Merge mewakili transisi dalam cara token Ether dicetak dan transaksi divalidasi, jauh dari blok penambangan menggunakan teka-teki komputasi kompleks di bawah metode bukti kerja dan menuju bukti kepemilikan. 

“Ether saat ini didorong oleh fundamental baru (tokenomics pasca-Merge), elemen spekulatif (garpu ETH PoW, yang masih banyak belum diketahui) serta oleh sentimen makro secara keseluruhan,” tulis ahli strategi Genesis Noelle Acheson dan Willis Croft dalam catatan, Jumat.

Editor: Wahyu T.Rahmawati