KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) rawan terkoreksi menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS). Pada hari ini, Selasa (8/5) pukul 15.40 WIB, harga BTC US$ 27.595 turun 1,20% dalam 24 jam terakhir dan melemah 1,66% dalam tujuh hari terakhir. Total Market Cap pasar Aset Kripto juga turun 1,04% dalam sehari menjadi US$ 1,14 triliun. Harga Bitcoin (BTC) telah berkonsolidasi di rentang harga US$ 27.000-US$ 29.800 dalam satu pekan terakhir. Pada hari Sabtu (6/5) Bitcoin sempat melonjak ke US$ 29.800 yang merupakan level tertinggi dalam sepekan. Bitcoin menguat pada Kamis (4/ 5) ke kisaran US$ 29.300 karena merespons positif kebijakan kenaikan suku bunga The Fed di rentang 5%-5,25% untuk menekan inflasi. Tetapi pekan ini Bitcoin dan Ethereum berada di bawah tekanan jual dengan muncul banyaknya katalis negatif.
Baca Juga: Menelaah Wajah Industri Kripto ke Depan Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha, menjelaskan bahwa tekanan jual BTC dimulai setelah AS mencatat data Non Farm Payrolls April 2023 yang dirilis Jumat (5/3) sebesar 253.000 pekerjaan, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya 165.000 dan di atas konsensus 180.000. Penambahan pekerjaan yang lebih baik dari perkiraan dalam ekonomi AS menandakan peningkatan daya beli, yang dianggap sebagai katalis positif untuk Indeks Dolar AS (DXY) dan sebaliknya negatif untuk pasar Aset Kripto. Selain itu, penurunan harga BTC juga didorong oleh kemacetan pemrosesan transaksi di jaringan Bitcoin akibat lonjakan transaksi. Saat ini lebih dari 390.000 transaksi dengan total 179 blok yang belum diselesaikan dan akan berdampak pada biaya pengiriman Bitcoin yang naik hingga 330%. Baca Juga: Belum Mampu Menembus US$ 30.000, Bitcoin dalam Tren Sideways Panji mengungkapkan, dilansir Blockchain.com, ketika jaringan Bitcoin berjalan normal maka biaya pengiriman dimulai dari US$0,55 - $2,5 per transaksi. Namun saat terjadi kemacetan seperti saat ini biaya transaksi naik hampir US$30 per transaksi. Menurut Panji, pergerakan harga Bitcoin dan Ethereum saat ini sedang menunggu rilis data angka inflasi AS yang akan dirilis Rabu (10/5) pekan ini. Investor aset kripto disarankan untuk wait and see guna mencermati rilis data inflasi AS April 2023. Para ekonom memprediksi harga konsumen inti (CPI) AS menjadi 5,5% dari YoY, sedangkan tingkat inflasi tahunan AS diperkirakan menjadi 5% YoY. Jika data CPI dan inflasi AS lebih rendah atau sesuai perkiraan maka akan menjadi katalis positif bagi Bitcoin dan Ethereum. Baca Juga: GameFi Berbasis NFT Kini Banyak Diminati, Ini Kata CEO Indodax “Namun, jika angkanya lebih tinggi di atas prediksi pasar maka Bitcoin berpotensi melanjutkan koreksi karena akan mendorong The Fed untuk mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama,” kata Panji dalam riset, Selasa (9/5). Panji menganalisis level support Bitcoin ada di harga US$ 26.600 dan resistance di level US$ 27.800. Level support Ethereum di harga US$1.750 dan resistance level US$ 2.000. Investor sebaiknya mencermati rilis data tingkat inflasi AS dan menunggu harga BTC dan ETH di level support sebelum melakukan aksi akumulasi. Baca Juga: Ekonomi Membaik, Jumlah Pengangguran Turun Pada Februari 2023 BTC/USDT
- Support: US$ 26.600
- Resistance: US$ 27.800
- Support: US$1.750
- Resistance: US$2.000