KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) mencatat rekor tertinggi baru dengan menembus angka US$ 107.000 atau sekitar Rp 1,7 miliar. Kenaikan ini didorong berbagai faktor, termasuk perdagangan berskala besar (whale), masuknya MicroStrategy ke dalam indeks Nasdaq 100, serta data makroekonomi Amerika Serikat yang mendukung sentimen pasar. Data menunjukkan inflasi AS naik sebesar 2,7%, sementara analisis on-chain mengungkapkan cadangan devisa Bitcoin di bursa terus menurun. Hal ini mencerminkan rendahnya tekanan jual serta meningkatnya minat investor terhadap aset kripto ini.
Baca Juga: Modus Penipuan Kripto-Romantis Merebak di Nigeria, Hampir 800 Orang Ditahan Selain itu, adanya spekulasi bahwa Donald Trump akan menetapkan Bitcoin sebagai aset cadangan nasional melalui perintah eksekutif pada hari pertamanya menjabat, 20 Januari 2025, turut memperkuat optimisme pasar. Indeks Fear and Greed, yang mencatat angka 80 dari 100, menunjukkan dominasi sentimen optimisme (greed) dalam jangka pendek. Sentimen ini mendorong aksi beli spekulatif, meskipun volatilitas pasar tetap menjadi risiko yang perlu diperhatikan investor. CEO Indodax, Oscar Darmawan, menyatakan bahwa lonjakan harga Bitcoin menunjukkan kepercayaan pasar yang semakin kuat terhadap aset digital. Ia menyebut partisipasi institusional seperti MicroStrategy sebagai salah satu faktor kunci. “Masuknya MicroStrategy ke Nasdaq 100 memberikan validasi tambahan terhadap posisi Bitcoin sebagai aset investasi global,” ujarnya dalam siaran pers, Selasa (17/12/2024).
Baca Juga: Bursa Australia Ditutup Jatuh ke Level Terdalam Sebulan pada Senin (16/12) Oscar menyoroti bahwa analisis on-chain menunjukkan penurunan cadangan devisa Bitcoin di bursa, menandakan bahwa banyak investor lebih memilih menyimpan aset mereka. Hal ini, menurutnya, menjadi pendorong utama dalam reli harga saat ini. Meski demikian, Oscar mengingatkan pentingnya kewaspadaan dalam menghadapi volatilitas pasar kripto. "Indikator Fear and Greed menunjukkan optimisme, tetapi risiko tetap ada. Investor perlu berhati-hati dan tidak terbawa euforia semata," katanya. Ia juga mencatat peran data makroekonomi dalam mendukung tren positif ini. "Inflasi yang terkendali dan stabilitas kebijakan moneter memberikan landasan kuat bagi Bitcoin untuk terus menarik minat investor institusional," tambahnya. Oscar menekankan pentingnya diversifikasi investasi. "Investor sebaiknya tidak hanya fokus pada Bitcoin, tetapi juga mempertimbangkan aset digital lain yang memiliki potensi besar. Memahami fundamental setiap aset adalah kunci keputusan investasi yang tepat," tutupnya.
Baca Juga: Bitcoin Naik di Atas US$106,000 di Tengah Harapan Pembentukan Cadangan Strategis AS Dengan dukungan dari berbagai faktor, tren
bullish Bitcoin diperkirakan dapat berlanjut. Namun, Oscar mengingatkan bahwa manajemen risiko tetap menjadi aspek penting dalam menghadapi dinamika pasar kripto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli