JAKARTA. Seperti dua sisi mata uang, setiap kebijakan pemerintah pasti ada yang diuntungkan namun tidak sedikit pula yang dirugikan. Seperti yang terjadi dengan penerapan bea keluar (BK) kakao yang sudah berlangsung dua tahun terakhir. Di satu sisi, penerapan BK kakao menguntungkan industri pengolahan kakao dalam negeri. Namun, di sisi lain petani dan eksportir biji kakao merasa dirugikan. Sulaiman Husain Loeloe, Ketua Asosisasi Petani Kakao Indonesia (Apkai) Sulawesi Selatan mengaku sejak penerapan BK kakao, harga biji kakao di tingkat petani merosot. Sulaiman mengatakan, petani kakao di Sulawesi Selatan saat ini hanya bisa menikmati harga Rp 19.000 dari setiap kilogram (kg) kakao yang dipanen. Sedangkan pada 2009 sebelum BK kakao ditetapkan, petani bisa memperoleh harga Rp 25.000 per kg. Karena harga anjlok, banyak petani yang mengalihkan tanaman kakao ke komoditas lain, seperti karet atau kelapa sawit.
BK kakao diterapkan, petani & eksportir merugi
JAKARTA. Seperti dua sisi mata uang, setiap kebijakan pemerintah pasti ada yang diuntungkan namun tidak sedikit pula yang dirugikan. Seperti yang terjadi dengan penerapan bea keluar (BK) kakao yang sudah berlangsung dua tahun terakhir. Di satu sisi, penerapan BK kakao menguntungkan industri pengolahan kakao dalam negeri. Namun, di sisi lain petani dan eksportir biji kakao merasa dirugikan. Sulaiman Husain Loeloe, Ketua Asosisasi Petani Kakao Indonesia (Apkai) Sulawesi Selatan mengaku sejak penerapan BK kakao, harga biji kakao di tingkat petani merosot. Sulaiman mengatakan, petani kakao di Sulawesi Selatan saat ini hanya bisa menikmati harga Rp 19.000 dari setiap kilogram (kg) kakao yang dipanen. Sedangkan pada 2009 sebelum BK kakao ditetapkan, petani bisa memperoleh harga Rp 25.000 per kg. Karena harga anjlok, banyak petani yang mengalihkan tanaman kakao ke komoditas lain, seperti karet atau kelapa sawit.