JAKARTA. Meski harga CPO dan komoditas di dunia saat ini bergerak turun, tak menyurutkan niat PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) meluncurkan transaksi kontrak produk komoditas. Hari ini (21/5), BKDI resmi meluncurkan kontrak berjangka CPO berdenominasi rupiah, berkode CPOTR.Keunggulan kontrak ini karena investor bisa bertransaksi dengan modal lebih terjangkau. Sebab, BKDI menetapkan minimal pembelian 1 lot, dan kelipatan 50 lot. Satu lot kontrak berjangka CPO di sini setara dengan 10 ton. Ukuran tick sebesar Rp 5 per kilogram atau sama dengan Rp 50.000 per lot.Dengan begitu, BKDI bukan hanya mengakomodasi transaksi oleh investor besar, tapi juga dapat menampung hasil produksi kebun lokal. "Kami meluncurkan kontrak CPO, karena Indonesia sebagai penghasil CPO terbesar dunia, dan volatilitas harga kami lihat sebagai peluang bagi inevstor untuk masuk," kata Direktur Utama BKDI, Megain Widjaja, siang tadi.Dia optimis peluncuran kontrak ini bisa mewujudkan harapan Indonesia sebagai acuan harga komoditas, khususnya CPO. Sampai pukul 11.30 tadi, BKDI sudah berhasil meraih kontrak 43 lot. Megain menargetkan hingga penutupan pukul 16.00 nanti, bakal mengumpulkan sampai 200 lot.Sementara, hingga akhir bulan ini, Megain yakin transaksi bisa sekitar 1000 lot per hari. Pada awal pembukaan kontrak, CPO berada di posisi Rp 7000, dan kini bergerak di Rp 6870. Saat ini, sudah ada 20 perusahaan yang bergabung, diantaranya Wilmar Nabati Indonesia, Sinar Mas Agro Resources Tbk, dan Bakrie Sumatera Plantations. Untuk sementara, BKDI baru memakai dua pelabuhan di Belawan dan Dumai sebagai tempat penyerahan CPO.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BKDI Luncurkan Kontrak CPO Berbasis Rupiah
JAKARTA. Meski harga CPO dan komoditas di dunia saat ini bergerak turun, tak menyurutkan niat PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) meluncurkan transaksi kontrak produk komoditas. Hari ini (21/5), BKDI resmi meluncurkan kontrak berjangka CPO berdenominasi rupiah, berkode CPOTR.Keunggulan kontrak ini karena investor bisa bertransaksi dengan modal lebih terjangkau. Sebab, BKDI menetapkan minimal pembelian 1 lot, dan kelipatan 50 lot. Satu lot kontrak berjangka CPO di sini setara dengan 10 ton. Ukuran tick sebesar Rp 5 per kilogram atau sama dengan Rp 50.000 per lot.Dengan begitu, BKDI bukan hanya mengakomodasi transaksi oleh investor besar, tapi juga dapat menampung hasil produksi kebun lokal. "Kami meluncurkan kontrak CPO, karena Indonesia sebagai penghasil CPO terbesar dunia, dan volatilitas harga kami lihat sebagai peluang bagi inevstor untuk masuk," kata Direktur Utama BKDI, Megain Widjaja, siang tadi.Dia optimis peluncuran kontrak ini bisa mewujudkan harapan Indonesia sebagai acuan harga komoditas, khususnya CPO. Sampai pukul 11.30 tadi, BKDI sudah berhasil meraih kontrak 43 lot. Megain menargetkan hingga penutupan pukul 16.00 nanti, bakal mengumpulkan sampai 200 lot.Sementara, hingga akhir bulan ini, Megain yakin transaksi bisa sekitar 1000 lot per hari. Pada awal pembukaan kontrak, CPO berada di posisi Rp 7000, dan kini bergerak di Rp 6870. Saat ini, sudah ada 20 perusahaan yang bergabung, diantaranya Wilmar Nabati Indonesia, Sinar Mas Agro Resources Tbk, dan Bakrie Sumatera Plantations. Untuk sementara, BKDI baru memakai dua pelabuhan di Belawan dan Dumai sebagai tempat penyerahan CPO.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News