BKDI optimistis transaksi multilateral naik dua kali lipat pada tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) berhasil mencatatkan pertumbuhan volume transaksi multilateral secara year on year (yoy) sepanjang tahun 2019. Volume transaksi BKDI meningkat menjadi 435.315 lot atau tumbuh 47,69% yoy. Pada 2018, BKDI hanya mencatatkan volume transaksi sebesar 294.747 lot saja.

Meningkatnya jumlah transaksi BKDI tahun lalu mengerek optimisme peningkatan volume transaksi tahun ini. Manager Learning Center Indonesia BKDI Anang E. Wicaksono memperkirakan volume transaksi multilateral tahun 2020 dapat naik dua kali lipat dari tahun lalu.

Menurut Anang, volume transaksi multilateral akan bertambah seiring meningkatnya jumlah investasi dalam bursa berjangka. “Ada peningkatan dimana masyarakat mulai bertransaksi multilateral. Proses edukasi tahun sebelumnya juga diharapkan terakumulasi tahun ini,” kata Anang kepada kontan.co.id, Rabu (15/1).


Baca Juga: Transaksi multilateral BKDI naik 47,69% sepanjang 2019

Sebagai catatan, tahun lalu BKDI lewat ICDX Program Learning Center getol mempromosikan transaksi multilateral lewat literasi dan diskusi. Tidak hanya menyasar orang dewasa berpenghasilan, BKDI juga menyasar mahasiswa di beberapa universitas Jakarta seperti Universitas Gunadarma dan Universitas Trisakti.

Selain itu, BKDI membentuk Young Trader Community (YTC) sebagai langkah untuk memberikan edukasi sejak dini perdagangan berjangka komoditas.

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) turut mendorong peningkatan transaksi multilateral lewat edukasi, sosialisasi, hingga penambahan varian produk multilateral. Bappebti juga mempromosikan transaksi multilateral di tujuh kota di Indonesia yaitu, Bandung, Medan, Yogyakarta, Semarang, Makassar, Bali, dan Surabaya. Kemudahan regulasi dari Bappebti kepada investor untuk membuka rekening transaksi multilateral akan turut mendorong jumlah volume transaksi.

Anang menambahkan, optimisme peningkatan volume transaksi tahun ini dibantu oleh kontrak baru yaitu kontrak bursa berjangka atau futures contract untuk minyak bumi alias crude oil yang mungkin rilis Januari tahun ini. “Yang kita tunggu-tunggu itu minyak bumi. Jadi jika forex, timah, dan minyak bumi rilis kemungkinan transaksi akan meningkat,” ujar Anang.

Baca Juga: Transaksi ramai, Indonesia diharapkan jadi acuan harga timah dunia

Meski begitu, Anang tetap yakin kontrak forex complex masih akan menjadi kontrak paling diminati tahun ini. “Berdasarkan data historis forex masih menjadi primadona,” tandasnya.

Sebagai informasi tambahan, tahun lalu kontrak forex menjadi penyumbang transaksi tertinggi yaitu 45,15% dari total transaksi diikuti oleh kontrak timah dengan total 30,83%, emas sebesar 12,45%, dan Minyak Kelapa Sawit (CPO) sebesar 11,57%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati