KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis Kebijakan Ahli Madya Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Rahadian Zulfadin menilai, kenaikan suku bunga di berbagai negara justru membuat pertumbuhan ekonomi global melambat. Rahadian memang tak memungkiri kebijakan menaikkan suku bunga acuan di berbagai negara termasuk Indonesia tersebut sudah menunjukkan hasil yang baik untuk mengendalikan inflasi. Akan tetapi, pengendalian inflasi tersebut justru menimbulkan dampak baru kepada perekonomian yang melambat. Sejumlah negara terancam mengalami stagflasi pasca pengetatan kebijakan moneter tersebut.
Baca Juga: Indonesia Dinilai Dapat Angin Segar dari Pembukaan Ekonomi China “Kita tahu bahwa kebijakan moneter itu memiliki lag, jadi kebijakan moneter itu kalau dilakukan saat ini maka dampaknya bisa berlangsung selama 2 hingga 4 kuartal. Jadi banyak negara seperti di Amerika Serikat melakukan pengetatan kebijakan moneter yang agresif dampak ke ekonominya akan bisa kita rasakan dalam satu tahun ke depan,” tutur Rahadian dalam agenda KAPj Goes to Campus: Economic and Taxation Outlook Year 2023, Rabu (25/1). Ekonomi global yang diperkirakan melambat tersebut terbukti dari outlook perekonomiannya yang semakin menurun. Misalnya pertumbuhan ekonomi global pada 2022 yang awalnya diperkirakan bisa tumbuh 4,4% kemudian diprediksi turun menjadi 3,2%. Pun dengan pertumbuhan ekonomi global tahun ini yang awalnya diprediksi tumbuh 3,8% kemudian dipangkas menjadi 2,7%. “Dengan konteks tersebut, pandemi sudah berakhir, tapi
scaring effect masih ada, tekanan inflasi dengan suku bunga berpotensi berdampak negatif ke perekonomian, kita melihat outlook pertumbuhan ekonomi global terus menurun,” jelasnya. Meski begitu, jika dilihat dampaknya kepada perekonomian domestik, Rahadian menilai kebijakan menaikkan suku bunga acuan oleh Bank Indoensia (BI) masih relatif moderat, jika dibandingkan dengan negara lain.
Baca Juga: Direktur IMF: Prospek Ekonomi Global Cerah Pasca Kebijakan Nol Covid China Berakhir Dia juga berharap, dampak dari kenaikan suku bunga acuan oleh BI tidak akan terlalu besar mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Tanah Air. Ancaman lainnya yang membayangi perekonomian Indonesia jsutru dampak dari pandemi terhadap perekonomian yang masih belum sepenuhnya pulih. Rahadian juga menilai terdapat beberapa faktor yang bisa menguntungkan outlook perekonomian global ke depan. Misalnya harga komoditas yang relatif baik, relaksasi zero Covid-19 di China yang mengakibatkan kenaikan kasus pandemi meningkat bisa segera diatasi, dan negara di ASEAN kasus pandemic Covid-19 nya menurun. “Kita waspada bahawa tensi geopolitik masih berisiko tinggi, inflasi yang sudah menurun tetapi levelnya masih tinggi,” imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi