BKPM berjanji mendorong realisasi investasi



JAKARTA. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan mendorong sekitar 18 perusahaan besar untuk melaksanakan investasinya tahun depan. Sebanyak 18 perusahaan ini sudah mendapat lampu hijau dari BKPM dan sebelumnya telah janji merealisasikan investasinya di Indonesia.

BKPM perlu melakukan hal ini mengingat target realisasi investasi tahun depan mencapai Rp 506 triliun. Angka ini menanjak 29,64% dibandingkan dengan target 2013 yang sebesar US$ 390,3 triliun.

Investor yang mendominasi tahun depan diprediksi masih berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA). Bahkan dari 18 perusahaan yang ada, hanya satu perusahaan lokal atau penanaman modal dalam negeri (PMDN). Memang selama ini kontribusi PMA masih besar sekitar 70% dari total realisasi investasi.


Pemerintah masih berharap investor yang berasal dari kawasan Eropa benar-benar merealisasikan minat investasinya di Indonesia, meski tak semuanya merupakan perusahaan yang baru. Contohnya Holcim Ltd, perusahaan swiss yang bergerak di industri semen ini akan membangun pabrik di Tuban, Jawa Timur. Perluasan pabrik semen berkapasitas 1,6 juta ton ini akan diberi nama Tuban II.

Lantas, produsen semen asal Jerman Heidelberg Cement juga ingin meningkatkan kapasitas produksi di Jawa Timur. Nilai investasinya sebesar Rp 3,5 triliun.

Selain semen, BKPM menyebut sektor lainnya yang menjadi primadona adalah infrastruktur, mulai dari pembangunan pembangkit listrik, jalan dan air bersih. Deputi Bidang Pengendalian Penanaman Modal BKPM, Azhar Lubis, menyebutkan bahwa  ada satu lagi proyek investasi yang baru bisa direalisasikan tahun depan yaitu PLTU Batang yang berkapasitas 2 x 1.000 megawatt.

Proyek ini dikerjakan oleh konsorsium PT Adaro Power, anak usaha PT Adaro Energy Tbk dengan kerjasama J-Power dan Itochu Jepang. Nilai investasinya Rp 33 triliun. "Masih bermasalah dengan pembebasan lahan. Sulit kalau tahun ini selesai semuanya," ujarnya pekan lalu.

Sektor pertambangan yang juga masih banyak peminatnya. BKPM mencatat perusahaan asing berlomba-lomba mengajukan rencana pembangunan pabrik pengolahan atau smelter di Indonesia.

Namun, tidak jelas apakah minat mereka masih ada setelah pemerintah membuka ekspor smelter tanpa diolah. Deputi Bidang Promosi BKPM Himawan Hariyoga menyebut BKPM lebih gencar promosi investasi di tahun 2014 karena investor ada yang ingin menunda investasi menunggu hasil Pemilu 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie