JAKARTA. Penurunan outlook peringkat Indonesia dari positif menjadi stabil oleh lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P), menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Chatib Basri, hanya akan berimbas pada jangka pendek pada pasar finansial Indonesia.Sebab, lanjut Chatib, sebagai negara tujuan investasi, imbal hasil atau return investasi jangka panjang di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan negara lain. Dia menyebut, negara lain masih berjuang dengan pertumbuhan ekonomi 0%-1%. Sementara, lanjut Chatib, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diprediksi masih akan tumbuh mencapai 6,2%.Selain itu, tingkat inflasi Indonesia juga masih stabil pada angka 4,5% di tahun 2013 ini. "Angka investasi kuartal I sebenarnya masih tumbuh dengan 30%. Kalau bicara IHSG di level 5.000 adalah rekor tinggi. Jadi, saya tidak melihat dampak yang signifikan," kata Chatib di Jakarta, Senin (6/5).Meski begitu, penurunan outlook peringkat Indonesia menjadi hal pengingat yang baik bagi pemerintah, di mana ada beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan segera. Seperti permasalahan penetapan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), infrastruktur, juga pembenahan birokrasi.Soal BBM, kata Chatib, sebetulnya pemerintah telah menetapkan kebijakan mengenai penyesuaian BBM. Yang saat ini tengah dibahas pemerintah, lanjut Chatib, adalah mengenai mekanisme dan kompensasi penyesuaian harga BBM. Untuk infrasktur, menurut Chatib, pemerintah tengah membangun pelabuhan dan juga 12 bandar udara yang akan selesai dibangun tahun ini."Begitu juga dengan kekacauan birokrasi, sudah saya potong dari 38 formulir ke 15 formulir. Saya juga sejak enam bulan lalu telah memperkenalkan online tracking, sehingga masyarakat dapat melihat transparansi birokrasi investasi di Indonesia," ucap Chatib.Di luar hal itu, Chatib tetap optimistis Indonesia masih memiliki daya tarik bagi investor asing yang ingin menanamkan modalnya. "Saya masih tetep optimis dan disclaimernya adalah hati-hati karena investasi di Indonesia akan membuat ketagihan," ucap Chatib sambil tersenyum.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BKPM: Dampak penurunan outlook hanya jangka pendek
JAKARTA. Penurunan outlook peringkat Indonesia dari positif menjadi stabil oleh lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P), menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Chatib Basri, hanya akan berimbas pada jangka pendek pada pasar finansial Indonesia.Sebab, lanjut Chatib, sebagai negara tujuan investasi, imbal hasil atau return investasi jangka panjang di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan negara lain. Dia menyebut, negara lain masih berjuang dengan pertumbuhan ekonomi 0%-1%. Sementara, lanjut Chatib, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diprediksi masih akan tumbuh mencapai 6,2%.Selain itu, tingkat inflasi Indonesia juga masih stabil pada angka 4,5% di tahun 2013 ini. "Angka investasi kuartal I sebenarnya masih tumbuh dengan 30%. Kalau bicara IHSG di level 5.000 adalah rekor tinggi. Jadi, saya tidak melihat dampak yang signifikan," kata Chatib di Jakarta, Senin (6/5).Meski begitu, penurunan outlook peringkat Indonesia menjadi hal pengingat yang baik bagi pemerintah, di mana ada beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan segera. Seperti permasalahan penetapan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), infrastruktur, juga pembenahan birokrasi.Soal BBM, kata Chatib, sebetulnya pemerintah telah menetapkan kebijakan mengenai penyesuaian BBM. Yang saat ini tengah dibahas pemerintah, lanjut Chatib, adalah mengenai mekanisme dan kompensasi penyesuaian harga BBM. Untuk infrasktur, menurut Chatib, pemerintah tengah membangun pelabuhan dan juga 12 bandar udara yang akan selesai dibangun tahun ini."Begitu juga dengan kekacauan birokrasi, sudah saya potong dari 38 formulir ke 15 formulir. Saya juga sejak enam bulan lalu telah memperkenalkan online tracking, sehingga masyarakat dapat melihat transparansi birokrasi investasi di Indonesia," ucap Chatib.Di luar hal itu, Chatib tetap optimistis Indonesia masih memiliki daya tarik bagi investor asing yang ingin menanamkan modalnya. "Saya masih tetep optimis dan disclaimernya adalah hati-hati karena investasi di Indonesia akan membuat ketagihan," ucap Chatib sambil tersenyum.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News