BKPM: Investasi mamin naik karena risiko rendah



JAKARTA. Besarnya investasi di industri makanan dan minuman (mamin) ditanggapi wajar oleh Aries Indanarto, Kepala Bagian Humas Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM). Sebab sektor tersebut adalah yang paling menonjol di antara semua sektor di manufaktur.

Dalam rilis BKPM sampai semester I 2017 jumlah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) untuk mamin tercatat Rp 21 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebanyak US$ 1,18 miliar atau Rp 15 triliun. Jika semester dua ini bisa memperoleh nilai yang kurang lebih sama, maka sampai akhir tahun bisa menembus angka Rp 72 triliun.

Aries mengatakan sebagian besar investasi ini merupakan perluasan produksi dari pemain-pemain lama. Ia mencontohkan beberapa produsen mamin besar seperti GarudaFood yang melakukan inovasi dengan rekanan Jepang, ekspansi produk tepung dan mi instan Indofood, atau modal dari luar seperti Coca Cola Amatil (CCA).


"Untuk Coca Cola termasuk yang besar," kata Aries kepada KONTAN (27/7). Baru-baru ini, CCA memang menyuntikkan modal besar untuk pengembangan produksi mereka. Tak kurang total US% 90 juta digunakan untuk penambahan fasilitas produksi di Pasuruan, Jawa Timur dan Cikedokan, Jawa Barat.

Aries memaklumi gairah investasi mamin yang besar di Indonesia. Mengingat potensi pasar negara ini yang besar. "Selain itu dipandang tidak high risk ketimbang bisnis perkebunan atau pertambangan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini