BKPM: Kerjasama AS dan China di Proyek Vale Jadi Bukti Kepercayaan Investor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan otomotif asal Amerika Serikat, Ford Motor Co, dan perusahaan nikel asal China, Zhejiang Huayou Cobalt, sepakat menandatangani perjanjian investasi (Final Investment Agreement) dengan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) untuk membangun proyek smelter nikel senilai US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 67,5 triliun.

Proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) dengan menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) ini berlokasi di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Deputi Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Yuliot mengatakan, kerja sama kedua negara tersebut untuk menanamkan modalnya dalam negeri sangat berdampak positif terhadap realisasi investasi di Indonesia ke depannya.


“Masuknya investasi  tersebut juga menunjukkan kebijakan pemerintah dipercaya dan direspons dengan baik oleh dunia usaha terutama PMA (Penanaman Modal Asing),” tutur Yuliot kepada Kontan.co.id, Minggu (2/4).

Baca Juga: Kongsi Ford Motor, Vale Indonesia, Zhejiang Huayou Garap Bisnis Nikel di Indonesia

Selain itu dengan adanya investasi tersebut juga bisa menjadi nilai tambah untuk ekosistem industri nikel terutama di industri Electric Vehicle (EV) atau kendaraan listrik yang berada di dalam negeri.

Yuliot juga berharap, dengan adanya kerja sama ini, realisasi investasi yang masuk ke dalam negeri akan mencapai target yakni sebesar Rp 1.400 triliun.

Untuk diketahui, Ford, Vale Indonesia, dan Zhejiang Huayou menandatangani perjanjian final pernyataan modal di Proyek High-Pressure Acid Leach (HPAL) Blok Pomalaa senilai Rp 67,5 triliun melalui kesepakatan definitif yang turut dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kamis (30/3).

Kesepakatan ini merupakan kelanjutan dari groundreaking Blok Pomalaa Vale Indonesia pada November 2022.

Chief Government Affairs Officer Ford Motor Company, Christoper Smith menyampaikan Indonesia memegang peranan penting, bahkan bisa dikatakan sebagai bagian kritis dalam mendukung rantai pasok bahan baku pengembangan kendaraan listrik (EV).

Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Siapkan Capex US$ 110 juta pada 2023, Terserap US$ 30 Juta

“Rencana kami adalah dapat menghasilkan produksi 2 juta EV pada akhir 2026 dan skala lebih lanjut secara bertahap,” ujarnya di konferensi pers di Taman Kehati di Sorowako, Kamis (30/3).

Menurutnya, kendaraan elektrik memiliki rantai pasok yang sangat berbeda dan lebih menantang dibandingkan kendaraan bahan bakar minyak (BBM) atau internal combution engine (ICE).

Maka itu, pihaknya menjalin kerja sama strategis dengan Vale Indonesia dan Huayou untuk memenuhi kebutuhan nikel. “Ini merupakan langkah penting bagi kami,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari