KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana memperluas hilirisasi menjadi 21 komoditas hingga tahun 2035. Perluasan hilirisasi tersebut diyakini bisa mendongkrak penerimaan negara dan pertumbuhan ekonomi. Deputi Pengambangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Yuliot mengatakan, hilirisasi merupakan transformasi ekonomi yang dijalankan untuk peningkatan nilai tambah didalam negeri. Yuliot mengambil contoh, untuk komoditas nikel, dengan adanya hilirasi nikel menjadi besi baja bahan baku baterai telah berkontribusi signifika terhadap peningkatan ekspor.
Tercatat, per Oktober 2022 kontribusi turunan ekspor nikel telah mencapai US$ 28,3 miliar dan sampai akhir tahun diperkirakan akan mencapai US$ 33 miliar. "Untuk komoditas nikel terlihat adanya peningkatan nilai tambah produk turunannya. Semakin banyak komoditas yang dihilirisasi berarti semakin besar potensi ekspor yang kita dapatkan," ujar Yuliot kepada Kontan.co.id, Kamis (19/1). Baca Juga: Susun Raodmap Perluasan Hilirisasi, Bahlil: Bisa Berdampak ke Penerimaan Negara Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menambahkan, memang adanya kebijakan hilirisasi seperti hilirisasi nikel, maka nilai ekspor dari produk nikel tersebut mengalami peningkatan. Terlebih lagi, beberapa produk yang didorong untuk hilirisasi merupakan bahan baku yang tersedia di dalam negeri dan untuk beberapa sub kelompok juga relatif banyak. Misalnya, sub kelompok perkebunan sawit bisa dikembangkan tidak hanya menjadi produk hilirisasi seperti minyak goreng, namun juga produk hilirisasi lainnya seperti CPO. "Belum lagi kalau berbicara sub kelompok yang lain," ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Kamis (19/1).