JAKARTA. PT Sentul City Tbk (BKSL) merencanakan sejumlah ekspansi tahun depan. Untuk mendukung ekspansi tersebut, BKSL bakal menyiapkan anggaran belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar Rp 750 miliar. Dana tersebut akan mengalir untuk membiayai sejumlah proyek, seperti pembangunan super blok dan hotel. Anggaran belanja modal BKSL tahun depan lebih besar 25% dari anggaran tahun ini yang senilai Rp 600 miliar. Direktur Utama BKSL Andrian Budi Utama optimistis, permintaan properti tahun 2015 akan lebih baik dari tahun ini. Maklum, pemerintah bakal mempercepat pengembangan infrastruktur. "Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah di luar Jakarta," ujar Andrian kepada KONTAN, Jumat (7/11).
Mulai awal tahun depan, BKSL akan merealisasikan pengembangan super blok di Sentul City. Masih di Sentul City, BKSL berencana mengembangkan Central Business District (CBD). "Kami juga berencana meluncurkan tahap tiga dari proyek Green Mountain di Sentul dan proyek lain yang belum bisa kami informasikan," imbuh Andrian. BKSL juga bakal ekspansi di luar daerah Jabodetabek dengan mengembangkan hotel di Lombok. Untuk proyek hotel dengan 300 kamar ini, BKSL telah mengucurkan investasi Rp 250 miliar. Menurut Andrian, banyak investor yang tertarik bekerjasama dalam pengembangan ini. "Rencana launching awal tahun depan, tetapi kalau animo besar bisa dipercepat Desember mendatang," ungkap Andrian. Sementara itu, belanja modal BKSL tahun ini belum terserap maksimal. Hingga kuartal IIII-2014, BKSL baru menyerap sekitar 65% atau setara Rp 400 miliar dari total capex. Hingga akhir tahun nanti, Andrian memperkirakan capex BKSL hanya akan terserap 90%. Tahun ini industri properti memang sedang melambat akibat kebijakan loan to value (LTV) serta kondisi politik yang belum stabil. Perusahaan pengembang properti terpaksa meracik ulang rencana bisnis mereka. BKSL juga terkena imbas dan menunda beberapa proyek. Antara lain, superblok di kawasan Centul City. Kinerja penjualan Kendati demikian, BKSL optimistis bisa meraih marketing sales sekitar Rp 1,8 triliun pada tahun ini. Hingga Oktober 2014, marketing sales BKSL sudah mencapai Rp 1,55 triliun atau 86,11% dari target akhir setahun. Marketing sales BKSL berasal dari kawasan high rise sebesar 35% dan sisanya 65% dari kawasan perumahan. Proyek-proyek BKSL yang menyumbang marketing sales tahun ini antara lain berada di Sentul City, Sentul Natuna, dan Sentul Nirvana.
Selama sembilan bulan, BKSL telah mencetak pendapatan Rp 598 miliar, turun 2,28% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 612 miliar. Sementara laba bersih BKSL sebesar Rp 23,1 miliar anjlok 96,83% dari periode sama tahun lalu Rp 731 miliar. Tahun 2015, BKSL berharap bisa mengumpulkan marketing sales Rp 2,2 triliun atau tumbuh 20% dari tahun ini. William Surya Wijaya, analis Asjaya Indosurya Securities, melihat, sektor properti tahun depan masih terkena dampak aturan LTV. Selain itu, tingkat suku bunga yang masih tinggi mengurangi daya beli properti. "Ke depan masih melihat kebijakan pemerintah," kata William. Menurut dia, BKSL bisa mengandalkan recurring income di saat sektor properti sedang lesu. Tapi ada harapan peningkatan daya beli yang didorong oleh pertumbuhan kalangan menengah. Sayang, harga saham BKSL sedang turun lantaran adanya kasus dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). William merekomendasikan hold saham BKSL dengan target harga Rp 102 per saham. Jumat (7/11), harga saham BKSL anteng di level Rp 86 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie