KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Black Diamond Resources Tbk (
COAL) melaporkan telah menyerap seluruh dana hasil penawaran umum saham perdana alias
initial public offering (IPO). Sebanyak Rp 40 miliar dari dana IPO digunakan untuk belanja modal, sedangkan untuk modal kerja, COAL menyerap dana IPO sebesar Rp 80 miliar. Jika ditotal, COAL telah menghabiskan dana Rp 120 miliar untuk ekspansi dan operasional. “Realisasi penggunaan dana penawaran umum digunakan sebesar Rp 120 miliar atau seluruhnya telah disalurkan kepada anak usaha COAL, yakni Dayak Membangun Pratama (DMP),” kata Direktur Utama COAL Donny Janson Manua, Jumat (14/7).
Sebanyak Rp 5 miliar digunakan untuk biaya IPO. Sehingga, COAL telah menyerap seluruh dana hasil IPO sebanyak Rp 125 miliar. Sebagai gambaran, COAL resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada September 2022. Dalam aksi korporasi ini, COAL menerbitkan sebanyak 1,25 miliar saham dengan harga penawaran Rp 100 per saham.
Baca Juga: Simak Kinerja Moncer Black Diamond (COAL) di Semester I-2022 Jumlah ini setara dengan 20% dari modal yang telah ditempatkan dan disetor penuh. Dus, COAL memperoleh dana hasil penawaran umum sebesar Rp125 miliar Saat ini COAL memiliki kegiatan usaha pertambangan batubara melalui entitas anak yang berproduksi di Kalimantan Tengah dengan luas wilayah izin usaha pertambangan (IUP) sebesar 4.883 ha. Batubara yang dihasilkan oleh Black Diamond adalah batubara dengan kualitas tinggi GAR 5.500, yang memiliki pangsa untuk pasar ekspor dan domestik Pada tahun lalu, COAL memproduksi 426.000 ton batubara. Sementara tahun ini, produksi batubara ditargetkan mencapai 515.000 ton. Per empat bulan pertama 2023, COAL telah menjual 168.000 ton batubara, dengan realisasi harga jual rata-rata alias
average selling price (ASP) Rp 1,41 juta per ton. Per April 2023, COAL membukukan pendapatan Rp 232,76 miliar dengan laba bersih mencapai Rp 10,55 miliar. Manajemen menilai, pada tahun 2023, harga batubara secara umum menunjukkan tren penurunan dibandingkan dengan harga tahun lalu. Harga batubara termal premium seaborne telah menurun selama kuartal pertama dan kuartal kedua 2023 karena melemahnya permintaan dari wilayah Asia Selatan, khususnya India. Selain itu, produksi batubara Indonesia mencapai tingkat tertinggi pada triwulan kedua, yang semakin menekan harga batubara.
Sejalan, harga batubara termal kualitas rendah juga melemah. Indonesian Coal Index (ICI) mengalami tren penurunan selama enam bulan terakhir. Namun demikian, manajemen berkeyakinan, permintaan pasar untuk batubara termal diperkirakan akan lebih stabil sepanjang sisa tahun ini. Sebab, konsumen akan mulai membeli batubara untuk mengantisipasi musim dingin mendatang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari