Blackberry masih ogah bangun pabrik di Indonesia



JAKARTA. Meski mengakui Indonesia sebagai salah satu pasar terbesar di dunia, Blackberry Limited masih enggan membangun pabrik di tanah air. CEO Blackberry John Chen menyatakan, meski pasar Indonesia sangat besar dan potensial bagi Blackberry bukan berarti pihaknya ingin berinvestasi membangun pabrik di sini.

"Belum ada rencana membangun pabrik di Indonesia tapi bukan berarti kami meragukan kemampuan teknisi-teknisi dan teknologi di Indonesia," ungkap John Chen saat peluncuran Blackberry Z3 Jakarta, Selasa (13/5).

Perusahaan yang berbasis di Kanada ini beralasan masih fokus bekerjasama dengan Foxconn Technology Group. Menurut Chen, kerjasama dengan perusahaan teknologi asal Taiwan akan memperkuat bisnis Blackberry. "Kerjasama kami dengan Foxconn ini dikhususkan untuk membuat smartphone yang membidik segmen low-end," ucap dia.


Mengutip data lembaga riset Growth for Knowledge (GFK) pada Januari sampai Febuari 2014, pangsa pasar smartphone Blackberry masih cukup tinggi yakni 5,6%. Sementara, posisi pertama masih diduduki oleh Samsung yang mencapai 41,7%, disusul Lenovo mencapai 7,5%, lalu Nokia 6,5%.

Indonesia adalah salah satu pasar terbesar Blackberry. Atas dasar itu, pemerintah Indonesia sudah lama meminta perusahaan yang dulunya bernama Research In Motion ini membangun pabrik di Indonesia.

Sayangnya, pangsa pasar Blackberry di Indonesia terus tergerus seiring dengan kehadiran ponsel berbasis Android. Data IDC menunjukkan, pangsa pasar Blackberry pada 2013 lalu mencapai 14%. Bandingkan saja, pada 2011 lalu, pangsa pasar Blackberry mencapai 43%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can