KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Global Digital Niaga Tbk (
BELI) atau Blibli turut mengambil bagian dalam memberikan edukasi literasi digital dan budaya siber kepada masyarakat Indonesia. Hal ini dilakukan lewat peluncuran kampanye gerakan hindari tipu-tipu. Yolanda Nainggolan, Head of Public Relations Blibli, memaparkan, sepanjang bulan September 2023 Blibli membuat eksperimen sosial dengan eksperimen sosial dengan serangkaian iklan online tipu-tipu yang menggiring masyarakat ke www.vomoshop.com. Eksperimen sosial ini dilakukan untuk mengetahui seberapa rentan masyarakat Indonesia terkena tipu-tipu.
Hasil dari eksperimen tersebut menunjukkan, dari total 63.196 pengunjung Vomoshop, ditemukan 4 dari 5 pengunjung situs memutuskan
checkout belanja terhadap penawaran yang menggiurkan.
Baca Juga: Blibli (BELI) Cetak Pendapatan Konsolidasi Rp 11,46 Triliun hingga Kuartal III-2023 “Ini membuktikan mayoritas masyarakat masih rentan terjebak tipu tipu online akibat FOMO (Fear of Missing Out),” ungkap Yolanda, dalam peluncuran kampanye gerakan hindari tipu-tipu, pada Kamis (30/11) di Jakarta. Sebagai kelanjutan dari eksperimen sosial Vomoshop Blibli yang juga telah didukung oleh Kemkominfo RI, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), berbagai komunitas dan mitra, Blbili pun meluncurkan panduan hindari tipu tipu online #IngatVOMO. VOMO sendiri adalah akronim dari Verifikasi, Observasi, Mudah Akses Info, dan Ofisial rekening platformnya untuk bertransaksi online. Lebih lanjut dia menuturkan, kampanye gerakan hindari tipu-tipu ini berangkat dari risiko penipuan masih kerap membayangi berbagai aktivitas di dunia online. Melansir data selama periode 2017-2022, layanan CekRekening.id dari Kemenkominfo telah menerima sekitar 486.000 laporan dari masyarakat terkait tindak pidana informasi dan transaksi elektronik (ITE). Sekitar 83% di antaranya, atau 405.000 laporan, merupakan penipuan transaksi online. Fakta tersebut diperkuat oleh Laporan Risiko Global 2022 dari Forum Ekonomi Dunia, yang menyebut sebanyak 95% insiden keamanan siber di dunia disebabkan oleh kesalahan manusia, termasuk karena fenomena FOMO atau khawatir ketinggalan momen terhadap info promo belanja besar-besaran seperti Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas). “Hal ini melatarbelakangi dilakukannya eksperimen sosial Vomoshop, website simulasi edukasi e-commerce yang digagas dari keresahan akan budaya FOMO dalam belanja masyarakat sehingga seringkali lalai dan menjadi sasaran dunia tipu-tipu,” jelas Yolanda. Pada saat yang sama, Executive Director idEA Arshy Adini menambahkan, saat ini, salah satu tantangan industri yang harus dibenahi segera adalah berkembangnya promosi fiktif dan penipuan online. Dengan demikian, eksperimen sosial yang dilakukan industri berkolaborasi dengan pelaku e-commerce serta pemerintah diharapkan akan mampu menjadi edukasi konsumen yang mumpuni.
“Sebab, mencerdaskan konsumen menjadi salah satu bentuk tanggung jawab industri dan mendorong percepatan potensi ekonomi digital dan demand transaksi pada masyarakat indonesia,” tambahnya. Blibli pun menegaskan bahwa panduan selalu #IngatVOMO ini akan dilakukan keberlanjutan. Ke depannya, Blibli akan lebih banyak menggandeng stakeholder lain serta komunitas-komunitas agar literasi digital ini bisa disebarkan lebih luas lagi. “Edukasi masyarakat ini bukan hal baru, artinya, edukasi #IngatVOMO ini akan kita lanjutkan lagi karena ini aaplicable di transaksi dunia online. Bisa juga dibawa untuk edukasi payment dan lainnya,” tutup Yolanda. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .