Blibli Terapkan Aksi ESG lewat Blibli Tiket Action vs. Plastics



MOMSMONEY.ID - Belakangan, bisnis yang mengutamakan prinsip environmental, social, and governance atau ESG kian banyak. Termasuk, Blibli yang juga menjalankan ESG.

Lebih dari sekadar kepatuhan, beberapa industri membangun a culture of social responsibility dengan pelibatan karyawan dalam memperkuat kinerja LST (lingkungan, sosial, tata kelola) perusahaan.

Seperti karyawan Blibli Tiket yang terlibat dalam program Fashion Take Back di Hari Bumi 2024, menyadari bahwa limbah fesyen berkontribusi kedua terbesar di dunia pada pencemaran lingkungan.


Maka limbah fesyen yang terdiri dari seragam dan pakaian bekas karyawan diolah oleh mitra ecopreneur lewat konsep sirkular ekonomi menjadi barang dengan nilai guna baru.

Pengembangan ekosistem ekonomi sirkular yang salah satunya menargetkan dari industri fesyen, sudah menjadi salah satu strategi dalam pencapaian ekonomi hijau yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.

Kerangka 9R (Rethink, Reduce, Reuse, Repair, Refurbish, Remanufacture, Repurpose, Recycle, Recover) menjadi pedoman dalam meminimalisir penggunaan sumber daya dan timbulan limbah mempertahankan daya guna material, dan bersifat regeneratif.

Strategi ini selaras dengan potensi manfaat yang besar bagi Indonesia pada tahun 2030 2 dilihat dari aspek People dan Planet, di antaranya penciptaan 4,4 juta lapangan pekerjaan baru, termasuk 75% di antaranya untuk kaum perempuan (People).

Menilik aspek Planet (lingkungan), ekonomi sirkular diproyeksikan mengurangi timbulan sampah sebesar 18-52%, serta pengurangan emisi CO2 sebesar 126 juta ton atau setara dengan 9% tingkat keluaran emisi saat ini.

Baca Juga: Blibli Tiket ACTION vs Plastics, Upaya Cegah Limbah Fesyen

Inilah kemudian yang melandasi Blibli Tiket Action menginisiasi program Fashion Take Back pada 22 April-3 Mei 2024 lalu bertepatan dengan peringatan Hari Bumi.

Mengambil tema Blibli Tiket Action vs. Plastics, inisiatif yang dilahirkan oleh karyawan dan melibatkan karyawan ini berhasil mengundang antusiasme terlihat dari 391,96 kg limbah fesyen internal terkumpul selama dua minggu penyelenggaraan.

Menggandeng EcoTouch, ecopreneur yang membuat peredam suara dan termal dari limbah fesyen, program ini melibatkan partisipasi karyawan dan menargetkan repurpose dari limbah fesyen yang terkumpul.

Tidak hanya partisipasi internal, Blibli Tiket juga secara aktif mengedukasi dan mengajak mitra dalam ekosistem Blibli Tiket untuk terlibat dalam inisiatif berkelanjutan melalui CollaborAction talk show & networking yang digelar setiap bulannya.

"Di Blibli Tiket kami terus mendorong culture of social responsibility dengan pelibatan karyawan dalam mewujudkan operasional bisnis yang berkelanjutan, termasuk memberi tempat untuk berbagi ide dan pencapaian praktik keberlanjutan di tim masing-masing," kata Yolanda Nainggolan, Head of Public Relations Blibli.

Fashion Take Back Program ini merupakan salah satu program yang dihasilkan dari sesi berbagi CollaborAction," ujarnya  dalam keterangan tertulis, Jumat (17/5).

Blibli pun, menurut Yolanda, sangat bangga melihat antusiasme karyawan, tidak hanya menularkan pengetahuan tapi juga melakukan aksi nyata yang membawa dampak lebih besar untuk bumi.

Dari 391,96 kilogram limbah fesyen yang terkumpul, kami berhasil berkontribusi mengurangi 8.779 kilogram emisi karbon dioksida dan mencegah 10.265.265 polusi microfiber.

Baca Juga: Tips Hadapi Penipuan Belanja Online ala Blibli

Christina Harjanto, Co-Founder EcoTouch, turut mengapresiasi inisiatif ekosistem Blibli Tiket sebagai enabler yang mempertemukan multistakeholder dalam program keberlanjutan.

"Kami percaya kolaborasi ini akan menginspirasi pelaku industri lainnya untuk ambil peranan memperpanjang life cycle dari material yang mereka gunakan," tuturnya.

Sepanjang 2023, sejumlah inisiatif ekonomi sirkular lainnya juga diterapkan Blibli Tiket. Mulai dari meningkatkan pengelolaan limbah dari 49% menjadi 59% melalui daur ulang.

Lalu, proporsi penggunaan kemasan bersertifikasi FSC yang ramah lingkungan yang mencapai 94,8%, hingga mengolah 8,6 ton limbah organik sisa makanan dan bahan pangan (groceries) yang kadaluarsa.

Semangat kolaborasi bersama pelanggan dan mitra juga digencarkan, dengan pengembalian 40.000 kemasan bekas oleh pelanggan dikonversi menjadi donasi 4.000 bibit mangrove.

Serta penyelenggaraan acara tahunan Langkah Membumi yang menjadi melting pot kolaborasi mempertemukan ratusan ecopreneur, pelaku industri, dan penggiat sustainability.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Jane Aprilyani