Blue Bird mengitari Jawa dan Sumatera



JAKARTA. PT Blue Bird Tbk menutup tahun 2015 dengan ekspansi terakhir, yakni melebarkan bisnis ke Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung. Pangkal Pinang menjadi kota ke-20 yang menjadi area bisnis Blue Bird.

Blue Bird menyadari, untuk ukuran ibukota provinsi, Pangkal Pinang belum besar. Namun, perusahaan itu mencium potensi bisnis menjanjikan. Penunjangnya adalah perkembangan ekonomi yang ditopang oleh sektor pertanian, pertambangan sampai pariwisata.

Nah, Blue Bird bermaksud menggarap bisnis di Pangkal Pinang pada saat persaingan bisnis taksi belum ketat. "Di mana ada kesempatan, kami pasti akan masuk," kata Andrianto Djokosoetono, Direktur PT Blue Bird Tbk, kepada KONTAN, Jumat (19/12).


Ekspansi Blue Bird di Pangkal Pinang dilakukan bertahap. Pada tahap awal, emiten berkode BIRD di Bursa Efek Indonesia itu hanya mengerahkan 25 armada taksi jenis multi purpose vehicle (MPV).

Selain pertimbangan potensi kota, Blue Bird memiliki alasan lain memilih Pangkal Pinang yang notabene terletak di Pulau Sumatera. "Ekspansi kami ke depannya memang ke Jawa dan Sumatera," terang Andrianto.

Kondisi ekonomi dan populasi di Jawa dan Sumatera adalah dua katalis positif yang mendukung perkembangan bisnis taksi. Oleh karena itu, Blue Bird memastikan bakal ada lokasi lain di Sumatera maupun yang mereka bidik pada tahun 2016.

Asal tahu saja, sejauh ini mayoritas pendapatan Blue Bird dari operasional bisnis di Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi. Mengintip laporan keuangan kuartal III-2015, pendapatan dari empat lokasi tadi Rp 3,23 triliun, atau setara dengan kontribusi 79,95% terhadap total pendapatan sebesar Rp 4,04 triliun.

Blue Bird yakin, rencana memperlebar sayap bisnis tahun depan juga mendapatkan dukungan dari kondisi makro ekonomi. Menurut mereka, aneka paket kebijakan pemerintah bakal menjadi pendorong perbaikan ekonomi tahun depan. Saking optimistisnya, perusahaan itu berani menargetkan pertumbuhan pendapatan 20% pada tahun 2016.

Agar bisnis tahun depan mulus, Blue Bird menyiapkan belanja modal Rp 1,5 triliun. Sebanyak 80% di antaranya untuk belanja kendaraan. Lalu, 20% sisanya untuk belanja lahan.

Sementara itu, terkait dengan operasional transportasi berbasis aplikasi online, Blue Bird mengaku tak terpengaruh. "Kami masih berkembang, tidak ada pengaruh yang signifikan," tandas Andrianto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri