JAKARTA. Kita memang tidak pernah bisa menerka dengan pasti ke mana arah Bursa Efek Indonesia (BEI) selanjutnya. Yang jelas, badai yang mengobrak-abrik BEI selama seminggu penuh membuat harga saham papan atas
(bluechips) tertekan. Artinya, terbuka kesempatan bagi para investor sejati untuk mengoleksi saham yang selama ini menjadi incarannya.Analis Valbury Asia Securities Mastono Ali menganjurkan agar investor memilih saham-saham defensif yang tidak terpengaruh oleh pergerakan harga komoditas. "Hindari dulu, karena masa kejayaan komoditas sudah lewat," kata Mastono.Kepala Riset Sarijaya Permana Sekuritas Danny Eugene tidak menganjurkan penghindaran saham secara sektoral. "Pasar kadang irasional. Ketika tambang anjlok semua saham tambang dibuang," kata Danny. Dia berpendapat, saat ini banyak saham-saham komoditas yang harganya sudah sangat murah.
Lihat fundamental Adapun Pardomuan Sihombing, Kepala Riset Paramitra Alfa Securities memilih saham-saham emiten fundamental kuat. "Secara sektoral tidak ada, tinggal selektif memilih saham saja," katanya. Ia memperkirakan, IHSG tidak akan terlalu jatuh lagi. "Rasanya semua sudah price in di harga sekarang," kata Pardomuan. Dia meramal, indeks akan menguat kembali. Lalu saham mana yang layak dikoleksi? KONTAN merangkum beberapa saham papan atas yang menjadi pilihan para Analis. Selamat berinvestasi. TLKM PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) adalah perusahaan halo-halo yang memiliki pangsa pasar terbesar di Indonesia. Danny dan Mastono melihat, sektor telekomunikasi tak akan terpengaruh oleh naik turunnya harga komoditas. "Apalagi kesempatan TLKM untuk tumbuh masih besar karena penetrasi pasar telekomunikasi Indonesia masih rendah," kata Mastono.Mastono merekomendasikan beli untuk saham TLKM dengan target harga Rp 8.250 per saham. Sementara Danny memberikan target harga Rp 10.200 per saham. Hari ini (17/9), saham TLKM menguat 1,52% dan dihargai Rp 6.700 per saham. BBRI PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) adalah bank pelat merah yang menyasar pasar kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). "Risikonya lebih kecil karena kredit yang diberikan terdiversifikasi ke banyak debitur," kata Pardomuan. Selain itu, BBRI memiliki margin bunga cukup besar. "Likuiditas ketat terjadi seperti saat ini tak terasa buat BRI," imbuh Mastono. Meski mulai menjajal kredit korporasi, BBRI tetap menjadi pemimpin di kredit UMKM. Apalagi BBRI adalah bank yang memiliki jaringan sangat luas. Mastono menilai harga wajar BBRI adalah Rp 6.700 per saham. Sedangkan Pardomuan memberikan target harga Rp 10.200 per saham. Kemarin, saham BBRI menguat 2,91% dan dihargai Rp 5.300 per saham. ANTM Investor juga layak mempertimbangkan produsen nikel terbesar kedua di Indonesia, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Meski harga nikel turun, saat ini, Antam sibuk membuat studi untuk penghematan bahan bakar. "Harga sahamnya sudah murah. Antam cukup menarik," kata Pardomuan. Memang, kinerja 2008 Antam diperkirakan turun akibat fluktuasi harga nikel. "Tapi nikel cukup diperlukan untuk jangka panjang," kata Danny. Selain itu, Antam juga memiliki emas, bauksit, dan besi. Pardomuan merekomendasikan beli dengan target harga Rp 3.050 per saham. Hari ini, saham ANTM dihargai Rp 1.230 per saham. PGAS
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) adalah satu-satunya perusahaan gas Indonesia yang terdaftar di BEI. Kepala Riset Financorpindo Edwin Sebayang meramal, PGAS bisa mencatatkan pendapatan Rp 13,3 triliun dan laba bersih Rp 2,3 triliun pada tahun ini. "Kinerja PGAS akan lebih bagus jika proyek South Sumatera West Java (SWJJ) beroperasi penuh," katanya. Sekadar catatan, PGAS hanya mencatatkan pendapatan Rp 8,8 triliun dan laba bersih Rp 1,57 triliun pada 2007 lalu. Danny melihat, monopoli PGAS saat ini membuat PGN melaju tanpa pesaing. Danny memberikan target harga Rp 3.180 per saham. Sementara Edwin memberikan target harga Rp 2.825 per saham. Rabu, saham PGAS dihargari Rp 2.010 per saham. UNVR Kesaktian PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) kembali terbukti. Ketika, IHSG tertekan, harga saham raja consumer goods ini justru mencetak harga tertinggi. "UNVR menjadi saham yang aman untuk berteduh ketika pasar tertekan," kata Danny. Apalagi pendapatan UNVR tumbuh konsisten tiap tahunnya. "Pangsa pasar UNVR juga besar. Produknya banyak beredar di pasaran," kata Mastono. Danny memberikan target harga Rp 8.600 per saham untuk UNVR. Sementara Mastono memberikan target harga Rp 8.250 per saham. Hari ini, saham UNVR stagnan di harga Rp 7.000 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie