JAKARTA. Gabungan Pengusaha Pakan Ternak (GPMT) menyayangkan tingginya harga pakan ternak, khususnya pakan ikan di Indonesia. Pasalnya, harga pakan ikan di Vietnam jauh lebih murah ketimbang pakan ikan Indonesia. Hitung punya hitung, tingginya harga pakan ikan tersebut memicu tingginya produksi pembiakan ikan di Indonesia. “Vietnam ternyata menjual pakan lebih murah dibandingkan di Indonesia,” kata Denny Indrajaya Ketua Divisi Pakan Ikan GPMT kepada KONTAN, Rabu (25/8).Denny menyatakan, murahnya harga pakan ikan di Vietnam tersebut bukan karena masalah efisiensi; melainkan adanya perbedaan tarif pajak yang diberlakukan. Di Vietnam, impor bahan baku ternak untuk ikan seperti kedelai, tepung ikan dan juga meat and bone meal (MBM) ke Vietnam tidak dikenakan bea masuk (BM).Ssementara itu, di Indonesia, importir harus membayar BM sebesar 5% untuk setiap produk bahan baku pakan. “Dari sisi BM saja, kita jauh lebih mahal,” kata Denny yang mengaku sudah berkali-kali mengajukan perubahan kebijakan BM tersebut.Menurut Denny, ikan merupakan sumber protein penting bagi masyarakat. Untuk itu ia berharap agar sumber protein tersebut tidak diganjal dengan tingginya BM. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BM 0%, harga pakan ikan di Vietnam jadi lebih murah
JAKARTA. Gabungan Pengusaha Pakan Ternak (GPMT) menyayangkan tingginya harga pakan ternak, khususnya pakan ikan di Indonesia. Pasalnya, harga pakan ikan di Vietnam jauh lebih murah ketimbang pakan ikan Indonesia. Hitung punya hitung, tingginya harga pakan ikan tersebut memicu tingginya produksi pembiakan ikan di Indonesia. “Vietnam ternyata menjual pakan lebih murah dibandingkan di Indonesia,” kata Denny Indrajaya Ketua Divisi Pakan Ikan GPMT kepada KONTAN, Rabu (25/8).Denny menyatakan, murahnya harga pakan ikan di Vietnam tersebut bukan karena masalah efisiensi; melainkan adanya perbedaan tarif pajak yang diberlakukan. Di Vietnam, impor bahan baku ternak untuk ikan seperti kedelai, tepung ikan dan juga meat and bone meal (MBM) ke Vietnam tidak dikenakan bea masuk (BM).Ssementara itu, di Indonesia, importir harus membayar BM sebesar 5% untuk setiap produk bahan baku pakan. “Dari sisi BM saja, kita jauh lebih mahal,” kata Denny yang mengaku sudah berkali-kali mengajukan perubahan kebijakan BM tersebut.Menurut Denny, ikan merupakan sumber protein penting bagi masyarakat. Untuk itu ia berharap agar sumber protein tersebut tidak diganjal dengan tingginya BM. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News