JAKARTA. Penetapan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) untuk serat sintetis tinggal menunggu persetujuan dari Kementerian Keuangan. Namun, sepertinya rencana penetapan BMAD ini disikapi dingin oleh industri tekstil karena penetapan BMAD untuk produk serat sintetis (polyester Staple fiber) akan menurunkan daya saing industri pemintalan benang (spinning).Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman bilang, pengenaan BMAD untuk produk serat sintetis akan membuat daya saing industri tekstil nasional menurun. Sebab, serat sintetis adalah bahan baku utama untuk memproduksi benang yang selanjutnya menjadi bahan baku kain. "Penetapan ini memang bagian dari konsekuensi adanya perdagangan bebas, tapi bagaimanapun kita juga harus melihat harmonisasi hubungan industri hulu dan hilir; dan harusnya saling meningkatkan daya saing secara bersama, bukan saling melemahkan daya saing," kata Ade, Kamis (10/6).Akibat rencana penetapan BMAD ini, para produsen pemintalan benang mulai khawatir akan adanya rencana kenaikan harga yang dilakukan oleh produsen serat sintetis. Sebagai catatan sejak tanggal 9 Juni 2010 harga PSF yang berlaku di Malaysia, Taiwan dan Thailand sebesar US$ 1,32 per kilogram, sementara PSF di China harganya sebesar US$ 1,28 per kg. Harga ini, masih dibawah harga PSF nasional yang sebesar US$ 1,48 - US$ 1,52 per kg.Jika nantinya BMAD untuk produk PSF dari negara China, Taiwan dan India ini diterapkan, Ade mengatakan harga bahan baku PSF akan melonjak. Ia mencontohkan, produk PSF dari China yang saat ini seharga US$ 1,28 per kg akan melonjak menjadi sekitar US$ 1,478 per kg.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BMAD Serat Sintetis Picu Penurunan Daya Saing Industri Pemintalan Benang
JAKARTA. Penetapan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) untuk serat sintetis tinggal menunggu persetujuan dari Kementerian Keuangan. Namun, sepertinya rencana penetapan BMAD ini disikapi dingin oleh industri tekstil karena penetapan BMAD untuk produk serat sintetis (polyester Staple fiber) akan menurunkan daya saing industri pemintalan benang (spinning).Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman bilang, pengenaan BMAD untuk produk serat sintetis akan membuat daya saing industri tekstil nasional menurun. Sebab, serat sintetis adalah bahan baku utama untuk memproduksi benang yang selanjutnya menjadi bahan baku kain. "Penetapan ini memang bagian dari konsekuensi adanya perdagangan bebas, tapi bagaimanapun kita juga harus melihat harmonisasi hubungan industri hulu dan hilir; dan harusnya saling meningkatkan daya saing secara bersama, bukan saling melemahkan daya saing," kata Ade, Kamis (10/6).Akibat rencana penetapan BMAD ini, para produsen pemintalan benang mulai khawatir akan adanya rencana kenaikan harga yang dilakukan oleh produsen serat sintetis. Sebagai catatan sejak tanggal 9 Juni 2010 harga PSF yang berlaku di Malaysia, Taiwan dan Thailand sebesar US$ 1,32 per kilogram, sementara PSF di China harganya sebesar US$ 1,28 per kg. Harga ini, masih dibawah harga PSF nasional yang sebesar US$ 1,48 - US$ 1,52 per kg.Jika nantinya BMAD untuk produk PSF dari negara China, Taiwan dan India ini diterapkan, Ade mengatakan harga bahan baku PSF akan melonjak. Ia mencontohkan, produk PSF dari China yang saat ini seharga US$ 1,28 per kg akan melonjak menjadi sekitar US$ 1,478 per kg.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News