KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inilah peringatan terkini yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). BMKG memprediksi, musim kemarau 2023 lebih kering dibandingkan tiga tahun terakhir. Hal itu akan berdampak pada sejumlah sektor, seperti sumber daya air, kehutanan, pertanian, dan kebencanaan. Melansir
infopublik.id, terkait hal tersebut, Direktur Kebijakan Pembangunan Lingkungan Hidup, Kemaritiman, Sumber Daya Alam, dan Ketenaganukliran, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) M. Abdul Kholiq, pihaknya sudah menyiapkan langkah antisipasi. Abul Kholiq menyatakan, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) merupakan salah satu teknologi yang akan digunakan untuk mengantisipasi potensi kekeringan tersebut.
Untuk menjaga ketersediaan air di waduk-waduk irigasi dan PLTA, BRIN telah menjalin komunikasi dengan Kementerian PUPR dan beberapa pengelola waduk, di antaranya pengelola waduk di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, DAS Cascade Citarum, dan Danau Toba untuk melaksanakan operasi TMC, guna mengantisipasi defisit air pada musim kemarau 2023. Dia menjelaskan, TMC dimaksudkan untuk memaksimalkan proses terjadinya hujan pada awan-awan yang tumbuh di sekitar waduk. "Hujan hasil TMC akan lebih besar intensitasnya dibandingkan dengan hujan alami tanpa intervensi TMC, sehingga diharapkan volume air yang dihasilkan juga akan lebih besar," ungkap Abdul Kholiq.
Baca Juga: Ramalan BMKG: Musim Kemarau 2023 Lebih Kering Dia menambahkan, TMC di sejumlah waduk akan dilaksanakan pada masa peralihan, dalam kondisi daya tampung waduk masih mencukupi dan awan-awan potensial layak semai masih tersedia. Pihaknya juga telah menjalin kerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) untuk keperluan pembasahan lahan gambut, guna mencegah dan mengendalikan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). "Kerja sama dengan KLHK dan BRGM sudah dilaksanakan sejak 2021, dan masih akan dilanjutkan untuk mengantisipasi dampak iklim dan cuaca ekstrim pada 2023," katanya. Selain TMC, BRIN juga intensif melakukan riset dan inovasi di bidang pengelolaan sumber daya air, teknologi pengolahan air, dan teknologi pemantauan kualitas lingkungan. "Hasil riset dan inovasi BRIN ini akan disampaikan oleh Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan dan Deputi Bidang Kebijakan Riset dan Inovasi BRIN pada sesi diskusi kegiatan Kick off Meeting WWF ini, yaitu pada sub tema Knowledge and Innovation," ungkap Abdul Kholiq.
Baca Juga: BMKG Mencatat Gempa Magnitudo 5,4 di Kota Jayapura, Kab. Keerom, Kab. Jayapura Dia membeberkan, riset dan inovasi pengelolaan sumber daya air antara lain konservasi sumber daya air, yaitu perlindungan sumber-sumber air, baik air permukaan, air tanah, dan air bawah tanah. Kemudian konservasi lanskap untuk perbaikan kualitas siklus hidrologi atau peningkatan serapan dan mengurangi limpasan air permukaan.
"Ada juga pengembangan smart water management system atau sistem cerdas pengelolaan sumber daya air, dengan memanfaatkan teknologi informasi, dan dilanjutkan dengan Decision Support System (DSS)," jelasnya. Teknologi pengolahan air yang dikembangkan BRIN juga meliputi pengolahan air limbah, pengolahan air bersih, dan pengolahan air minum atau air siap minum, serta teknologi pemantau kualitas air secara online. "Sejauh ini sudah banyak dimanfaatkan untuk pemantauan kualitas air sungai, danau, dan buangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)," tambahnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie