JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk tengah menunggu terbitnya izin dari pemerintah Tiongkok untuk membuka operasional layanan transaksi renminbi. Ini dilakukan Bank Mandiri agar bisa melayani transaksi ekspor dan impor dalam mata uang Tiongkok. Direktur Treasury, Financial Institutions and Special Asset Management Bank Mandiri, Royke Tumilaar mengungkapkan, meski kantor cabang luar negeri Bank Mandiri di Shanghai, Tiongkok, telah berdiri sejak 2010 lalu, namun kantor cabang tersebut baru melayani transaksi dalam valuta asing dollar Amerika Serikat. Bank dengan kode saham BMRI ini berniat untuk menambah pengembangan bisnis kantor cabang luar negeri di Tiongkok dengan transaksi renminbi, lantaran potensinya yang besar. Untuk itu diharapkan izin transaksi renminbi dapat segera dikeluarkan oleh Pemerintah Tiongkok. Apalagi renminbi merupakan valuta asing yang pertumbuhannya paling cepat dibanding mata uang lainnya. "Sebagian besar bisnis di Tiongkok dalam mata uang renminbi. Kalau kami diberi license untuk membuka transaksi, kami akan cari funding (pendanaan). Banyak pusat bisnis di sana," kata Royke, Rabu (27/8). Senior Vice President Financial Institutions Coverage and Solutions Group Bank Mandiri, Ferry M. Robbani menambahkan, bahwa perseroan diminta pemerintah Tiongkok untuk menambah modal untuk mendapatkan izin ini. Modal tambahan yang diminta mencapai US$ 15 juta. Modal ini setara dengan modal awal perseroan membuka kantor cabang luar negeri di Shanghai pada 2010 lalu. Untuk memperoleh izin, otoritas perbankan China ini ingin ada dua pembukuan, yaitu pembukuan dengan denominasi dollar AS dan juga renminbi. "Pada prinsipnya mereka ingin ada proteksi," ujar Ferry. Pemerintah Tiongkok memang sangat berhati-hati dalam memberikan izin. Ferry mencontohkan, saat meminta izin untuk membuka cabang di Shanghai, BMRI telah mengajukan izin sejak 2004. Namun baru pada 2010 pemerintah Tiongkok mengeluarkan izin operasional untuk Bank Mandiri. "Kami berharap izin transaksi renminbi ini bisa lebih cepat dibanding izin membuka cabang," jelasnya. Bisnis berkembang Bank Mandiri optimis bahwa dengan transaksi renminbi, maka pendapatan atau revenue dari kantor cabang di Shanghai akan lebih besar lagi. Tahun ini, Bank Mandiri menargetkan bisnis kantor cabang Bank Mandiri di Shanghai, Tiongkok adalah sebesar US$ 50 miliar. "Kami optimis dengan cabang di Shanghai, karena operating profit (laba operasional) sepanjang semester I-2014 mencapai US$ 791.000. Bisa di atas itu kalau bisnis normal," jelas Royke. Sepanjang semester I-2014, kantor cabang luar negeri Bank Mandiri di Shanghai mencatatkan capaian aset sebesar US$ 176,85 juta. Volume kredit mencapai US$ 92,77 juta. Dan volume DPK sebesar US$ 627.000. Selain kredit, trade finance kantor cabang luar negeri cabang Shanghai juga mengalami pertumbuhan. Trade finance Bank Mandiri di Shanghai mencapai US$ 248,57 juta. Fee based income sebesar US$ 436.000. "Banyak sekali impor dan ekspor melalui Tiongkok. Apalagi terakhir sempat kondisinya ada issue untuk financial market, shadow banking dan sebagainya. Untungnya cost of fund kami di sana rendah, sehingga kami memiliki opportunity untuk mendapatkan profit yang lumayan," kata Royke. Perseroan akan terus menggenjot trade finance di Shanghai. Meskipun usianya masih lebih muda dibandingkan dengan kantor cabang Mandiri di negara lain, trade finance di Shanghai pertumbuhannya cukup tinggi. Per akhir semester pertama 2014, transaksi ini mencapai US$ 248,57 juta. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan trade finance di Singapura yang berdiri sejak 1994, yaitu sebesar US$ 175,93 juta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BMRI tunggu izin renminbi dari pemerintah China
JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk tengah menunggu terbitnya izin dari pemerintah Tiongkok untuk membuka operasional layanan transaksi renminbi. Ini dilakukan Bank Mandiri agar bisa melayani transaksi ekspor dan impor dalam mata uang Tiongkok. Direktur Treasury, Financial Institutions and Special Asset Management Bank Mandiri, Royke Tumilaar mengungkapkan, meski kantor cabang luar negeri Bank Mandiri di Shanghai, Tiongkok, telah berdiri sejak 2010 lalu, namun kantor cabang tersebut baru melayani transaksi dalam valuta asing dollar Amerika Serikat. Bank dengan kode saham BMRI ini berniat untuk menambah pengembangan bisnis kantor cabang luar negeri di Tiongkok dengan transaksi renminbi, lantaran potensinya yang besar. Untuk itu diharapkan izin transaksi renminbi dapat segera dikeluarkan oleh Pemerintah Tiongkok. Apalagi renminbi merupakan valuta asing yang pertumbuhannya paling cepat dibanding mata uang lainnya. "Sebagian besar bisnis di Tiongkok dalam mata uang renminbi. Kalau kami diberi license untuk membuka transaksi, kami akan cari funding (pendanaan). Banyak pusat bisnis di sana," kata Royke, Rabu (27/8). Senior Vice President Financial Institutions Coverage and Solutions Group Bank Mandiri, Ferry M. Robbani menambahkan, bahwa perseroan diminta pemerintah Tiongkok untuk menambah modal untuk mendapatkan izin ini. Modal tambahan yang diminta mencapai US$ 15 juta. Modal ini setara dengan modal awal perseroan membuka kantor cabang luar negeri di Shanghai pada 2010 lalu. Untuk memperoleh izin, otoritas perbankan China ini ingin ada dua pembukuan, yaitu pembukuan dengan denominasi dollar AS dan juga renminbi. "Pada prinsipnya mereka ingin ada proteksi," ujar Ferry. Pemerintah Tiongkok memang sangat berhati-hati dalam memberikan izin. Ferry mencontohkan, saat meminta izin untuk membuka cabang di Shanghai, BMRI telah mengajukan izin sejak 2004. Namun baru pada 2010 pemerintah Tiongkok mengeluarkan izin operasional untuk Bank Mandiri. "Kami berharap izin transaksi renminbi ini bisa lebih cepat dibanding izin membuka cabang," jelasnya. Bisnis berkembang Bank Mandiri optimis bahwa dengan transaksi renminbi, maka pendapatan atau revenue dari kantor cabang di Shanghai akan lebih besar lagi. Tahun ini, Bank Mandiri menargetkan bisnis kantor cabang Bank Mandiri di Shanghai, Tiongkok adalah sebesar US$ 50 miliar. "Kami optimis dengan cabang di Shanghai, karena operating profit (laba operasional) sepanjang semester I-2014 mencapai US$ 791.000. Bisa di atas itu kalau bisnis normal," jelas Royke. Sepanjang semester I-2014, kantor cabang luar negeri Bank Mandiri di Shanghai mencatatkan capaian aset sebesar US$ 176,85 juta. Volume kredit mencapai US$ 92,77 juta. Dan volume DPK sebesar US$ 627.000. Selain kredit, trade finance kantor cabang luar negeri cabang Shanghai juga mengalami pertumbuhan. Trade finance Bank Mandiri di Shanghai mencapai US$ 248,57 juta. Fee based income sebesar US$ 436.000. "Banyak sekali impor dan ekspor melalui Tiongkok. Apalagi terakhir sempat kondisinya ada issue untuk financial market, shadow banking dan sebagainya. Untungnya cost of fund kami di sana rendah, sehingga kami memiliki opportunity untuk mendapatkan profit yang lumayan," kata Royke. Perseroan akan terus menggenjot trade finance di Shanghai. Meskipun usianya masih lebih muda dibandingkan dengan kantor cabang Mandiri di negara lain, trade finance di Shanghai pertumbuhannya cukup tinggi. Per akhir semester pertama 2014, transaksi ini mencapai US$ 248,57 juta. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan trade finance di Singapura yang berdiri sejak 1994, yaitu sebesar US$ 175,93 juta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News