Setelah sukses menggelar mudik Santri dari Balaraja, Banten, ke Solo, Jawa Tengah, pada Minggu, 26 Mei 2019, lalu mudik menggunakan kereta api dari Stasiun Pasar Senen, Jakarta, serta berpartisipasi pada Mudik BUMN di Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Kamis, 30 Mei 2019, BNI kembali melepas pemudik yang menggunakan bus dari Parkir Timur Senayan, Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Sabtu, 1 Juni 2019. Dengan melepas 82 bus, ini merupakan puncak kegiatan dari Mudik Bareng BNI 2019. Ke-82 bus tersebut akan menuju destinasi yang berbeda-beda, antara lain Cirebon, Yogyakarta, Semarang, Purwokerto, Solo, Surabaya, Lampung, Palembang, dan Padang. Secara total, pada bulan Ramadan ini, BNI telah memberangkatkan 11.343 pemudik atau sekitar 13 persen lebih tinggi dari target awal sebanyak 10.000 pemudik. Menariknya, pada puncak kegiatan Mudik Bareng BNI 2019 ini, BNI juga memberangkatkan banyak difabel yang memiliki akses lebih terbatas pada fasilitas transportasi umum. Kaum disabilitas ini beragam, antara lain ada yang tuna daksa, tuna rungu, dan sebagainya.
Sarwoko (50 tahun) merupakan salah satu kaum disabilitas yang ikut mudik menggunakan bus ini. Pria yang sehari-hari tinggal di daerah Mampang ini berencana pulang ke Solo dan bertemu keluarganya. Ketika ada informasi mengenai mudik bareng BNI ini dari Pertuni (Persatuan Tuna Netra Indonesia), tanpa pikir panjang ia langsung mendaftarkan diri. “Prosesnya cuma menyerahkan fotokopi KTP ke Pertuni. Lalu, langsung datang ke GBK. Sudah dijamin dapat tiketnya,” ujar Sarwoko. Sebenarnya, ini kali kelima Sarwoko mudik bareng BNI. Tapi, ini baru pertama kalinya ia mendaftar sendiri, sedangkan sisanya ia diberikan mudik gratis oleh pelanggan pijatnya yang merupakan pegawai BNI. Awalnya, Sarwoko ingin mudik menggunakan moda transportasi kereta karena lebih cepat, tapi ternyata ia mendapat bagian untuk menggunakan bus. “Saya senang mau bertemu keluarga. Sebenarnya tiap tiga bulan sekali saya pulang kampung beli tiket sendiri, tapi pas Lebaran saya cari yang gratis karena tiket ‘kan mahal sekali. Nanti di Solo akan dijemput oleh anak pas turun dari bus,” ujar Sarwoko. Lain lagi dengan cerita Wahyudi (45 tahun) yang mudik kali ini membawa istri dan kedua anaknya. Awalnya, ia tidak berencana untuk mudik karena tiket untuk empat orang membutuhkan biaya yang lumayan besar. Tak kehabisan akal, ia pun ingin ikut kegiatan mudik bareng yang diadakan Kementerian Perhubungan. Sayangnya, ia kehabisan kuota. Beruntung, temannya yang pernah ikut mudik bareng BNI menginformasikan bahwa BNI juga mengadakan kegiatan mudik bareng. Akhirnya, ia segera mendaftarkan diri ke kantor cabang BNI terdekat. “Itu dapat informasinya pas sudah puasa. Ternyata saya masih kebagian jatah mudik bareng BNI,” ujar pria yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang cukur ini. Wahyudi hendak mudik ke Temanggung, Jawa Tengah. “Saya sengaja memilih naik bus, bukan kereta, karena Temanggung ada di jalur tengah, jadi kereta tidak lewat, harus naik bus,” ujar Wahyudi. “Kalau tahun depan ada lagi, ya saya mau ikut lagi mudik bareng BNI. Soalnya tiketnya gratis, apalagi saya berempat jadi sangat membantu dibanding beli sendiri,” ujar Wahyudi yang tinggal di Tangerang. Sofi (28 tahun), seorang musisi tuna netra yang tinggal di Bogor, juga merasakan manfaat dari kegiatan mudik bareng BNI ini. Selain diberangkatkan mudik secara gratis, ia juga bisa bertemu teman-teman lainnya sesama disabilitas. Bersama enam orang temannya dari Bogor, ia akan mudik menuju Pekalongan, Jawa Tengah. Informasi mengenai mudik gratis BNI ini ia dapat dari Yayasan Swabima. Meskipun ini baru pertama kalinya ia ikut mudik bareng BNI, Sofi menyatakan bahwa tahun depan ingin ikut mudik bareng BNI lagi karena proses pendaftarannya tidak susah.