JAKARTA. Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) optimistis pembiayaan ekspor impor (trade finance) tahun ini lebih tinggi dibandingkan 2014. Salah satu faktornya adalah keputusan pemerintah mewajibkan penggunaan letter of credit (L/C) per 1 April 2015 untuk ekspor komoditas tertentu seperti migas, batubara, dan minyak kelapa sawit (CPO). BNI, misalnya, menargetkan pertumbuhan pembiayaan trade finance tahun ini tumbuh 15% atau minimal setara dengan tahun lalu. Firman Wibowo, Pemimpin Divisi Internasional BNI, mengatakan, hingga akhir 2014 volume transaksi trade finance BNI berkisar US$ 31,1 miliar. "Volume itu tumbuh lebih dari 10%," kata Firman kepada KONTAN, Jumat (30/1). Arah kebijakan pemerintah yang fokus pada pembangunan infrastruktur, kata Firman, bakal menggairahkan transaksi trade finance. Ditambah rencana pemerintah untuk menerapkan peraturan wajib L/C per 1 April 2015. "Saya kira ini akan menjadi stimulus yang cukup kuat," imbuh Firman.
Firman merinci, pertumbuhan trade finance BNI tahun 2014 ditopang delapan sektor unggulan. Yakni, pertanian dengan porsi kredit sebesar 25%, migas 21%, makanan 17%, kimia 14%, perdagangan ritel dan besar 9%, konstruksi 9%, serta sisanya sektor kelistrikan, informasi dan telekomunikasi.