KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mengatakan, dampak kenaikan suku bunga acuan akan dirasakan bank dalam jangka menengah panjang. Hal ini seiring dengan besaran kenaikan bunga acuan sebesar 125 basis poin (bps) sepanjang tahun ini atau 5,5%. Bob Tyasika Ananta Direktur Perencanaan dan Operasional BNI mengakui, kenaikan suku bunga bisa meningkatkan provisi atau pencadangan bank. "Tapi masih dalam koridor terkendali," kata Bob kepada Kontan.co.id, Jumat (24/8). Efek kenaikan bunga acuan ini berbeda beda di setiap bank. Sementara itu, efek kenaikan bunga restrukturisasi dan hapus buku akan tergantung biaya dana dan risiko kredit masing-masing bank. Untuk BNI, angka hapus buku atau write off diproyeksi tidak akan lebih tinggi dari tahun lalu. Lalu untuk restrukturisasi, jumlahnya akan mengikuti kondisi pasar dan debitur. Secara umum, kenaikan bunga acuan tidak harus langsung diikuti dengan bunga kredit. Sektor kredit yang cukup sensitif terhadap kenaikan bunga adalah konsumer dan ritel banking. Bank akan melakukan penyesuaian seperti efisiensi, penurunan biaya overhead dan mengurangi margin. Pada semester II 2018 ini, BNI sudah melakukan analisis sensitifitas suku bunga, hasilnya bank tidak melihat ada sesuatu yang harus diantisipasi secara signifikan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BNI: dampak kenaikan suku bunga jangka menengah panjang
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mengatakan, dampak kenaikan suku bunga acuan akan dirasakan bank dalam jangka menengah panjang. Hal ini seiring dengan besaran kenaikan bunga acuan sebesar 125 basis poin (bps) sepanjang tahun ini atau 5,5%. Bob Tyasika Ananta Direktur Perencanaan dan Operasional BNI mengakui, kenaikan suku bunga bisa meningkatkan provisi atau pencadangan bank. "Tapi masih dalam koridor terkendali," kata Bob kepada Kontan.co.id, Jumat (24/8). Efek kenaikan bunga acuan ini berbeda beda di setiap bank. Sementara itu, efek kenaikan bunga restrukturisasi dan hapus buku akan tergantung biaya dana dan risiko kredit masing-masing bank. Untuk BNI, angka hapus buku atau write off diproyeksi tidak akan lebih tinggi dari tahun lalu. Lalu untuk restrukturisasi, jumlahnya akan mengikuti kondisi pasar dan debitur. Secara umum, kenaikan bunga acuan tidak harus langsung diikuti dengan bunga kredit. Sektor kredit yang cukup sensitif terhadap kenaikan bunga adalah konsumer dan ritel banking. Bank akan melakukan penyesuaian seperti efisiensi, penurunan biaya overhead dan mengurangi margin. Pada semester II 2018 ini, BNI sudah melakukan analisis sensitifitas suku bunga, hasilnya bank tidak melihat ada sesuatu yang harus diantisipasi secara signifikan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News