KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki penghujung tahun, perbankan semakin berhati-hati dalam mengelola biaya. Ini sebagai langkah untuk menekan rasio beban operasional dan pendapatan operasional (BOPO) agar kinerja bank lebih efisien. Salah satu bank besar yang efisien mengelola biaya antara lain PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Tercatat, BOPO bank berlogo 46 ini mampu ditekan menjadi 70,3% di posisi September 2017 dibanding pencapaian di periode yang sama tahun lalu sebesar 74,6% (
year on year). Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta mengungkapkan, penurunan BOPO di kuartal III sebesar 4,3% poin tersebut utamanya disebabkan dari perbaikan kualitas pinjaman perseroan.
Alhasil, BNI dapat menghemat biaya pencadangan alias
provisioning charger sebesar 20,5%. Hal ini juga didukung dengan penghematan beban operasional sebagai strategi yang ditempuh perseroan agar lebih efisien. "Di sisi pendapatan, kami juga didukung dari
fee based income (FBI),
loan recovery dan pendapatan bunga yang tumbuh positif," ungkap Herry kepada Kontan.co.di, Kamis (9/11). Bank bersandi saham
BBNI ini menambahkan, selain dari kinerja tersebut, perseroan juga sudah memperbaiki kualitas pinjaman, efisiensi beban operasional serta fokus ekspansi kredit pada sektor unggulan yang berdampak positif pada pendapatan operasional. "Kami optimis BOPO akan terjaga di kisaran 70% sampai 71%," tambah Herry. Selain BNI, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) juga berhasil menekan BOPO secara signifikan. Per September 2017 bank bersandi saham
BJTM ini mencatat BOPO sebesar 64,88% dari periode yang sama tahun lalu sebesar 71,13% atau turun 6,25% secara yoy. Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Satyagraha menyebut, langkah efisiensi yang dilakukan oleh Bank Jatim anatara lain dengan menekan biaya jaringan alias mengerem penambahan kantor cabang. Alih-alih tetap menjaga kebutuhan nasabah, Bank Jatim justru mengandalkan layanan tanpa kantor (
branchless banking). Selain itu, Ferdian menambahkan pihaknya juga telah memperbaiki kualitas kredit. Hal ini tercermin dari perbaikan dari sisi NPL net perseroan di September 2017 yang menjadi 0,72% dibanding tahun sebelumnya 1,04%. Meski secara gross, NPL tetap tertahan di level 4,92%. Dus, lewat perbaikan kualitas kredit tersebut, biaya pencadangan Bank Jatim menurun signifikan menjadi Rp 143,59 miliar di kuartal III 2017 dari periode tahun lalu yang menembus Rp 377,44 miliar atau turun 61,95%. Melihat kinerja tersebut, Bank Jatim memproyeksi rasio BOPO masih akan berada di kisaran 64% sampai tutup tahun. "Untuk sampai akhir tahun berada di range sama, untuk tahun depan BOPO sekitar 66%," ungkap Ferdian.
Sampai dengan Agustus 2017, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat BOPO secara industri mengalami penurunan dari posisi 81,31% pada akhir Agustus tahun lalu menjadi 78,9%. Adapun, jika dirinci berdasarkan bank umum kelompok usaha (BUKU) hanya BUKU II yang mengalami peningkatan BOPO yakni dari 84,01% menjadi 85,16%. Sementara BUKU I, III dan IV masing-masing mengalami penurunan. Tercatat BOPO BUKU I turun dari 87,03% di posisi Agustus 2016 menjadi 85,28% di delapan bulan pertama tahun ini. Sementara BUKU III turun dari 87,82% menjadi 85,27% per Agustus 2017 dan BUKU IV turun dari 73,93% ke 71,87%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia