BNI dan HSBC bidik basabah tajir



JAKARTA. Kendati ekonomi diramal melambat, simpanan nasabah tajir diperkirakan bakal terus meningkat. Tak pelak, persaingan bank bisnis nasabah tajir (wealth menagement) bakal semakin ketat. Tahun ini, Bank Negara Indonesia (BNI) menyiapkan sederet amunisi untuk menggenjot bisnis nasabah kaya raya. Darmadi Sutanto, Direktur Konsumer dan Ritel BNI, menyatakan, pihaknya membidik pertumbuhan dana kelolaan sebesar 30%.

Hingga akhir tahun 2013, dana nasabah tajir yang tergabung dalam layanan BNI Emerald mencapai Rp 40 triliun. "Kami berharap bisa tumbuh hingga Rp 55 triliun di akhir tahun ini," jelas Darmadi, pertengahan pekan lalu. Strategi BNI menggapai target adalah meningkatkan pelayanan dan menambah produk. Saat ini, produk deposito mendominasi 70% dari total dana kelolaan BNI Emerald. "Tahun ini kami akan meningkatkan bancassurance," ujar Darmadi.

Setali tiga uang, HSBC Indonesia getol menambah produk layanan wealth menagement demi menarik lebih banyak nasabah. Kemarin, HSBC meluncurkan produk Alpha Navigator. Ini adalah produk reksadana saham racikan Eastpring Investments. Lewat produk teranyar, HSBC berharap bisa memenuhi kebutuhan nasabah untuk mengembangkan investasi dalam jangka panjang.


Steven Suruyana, Head of Wealth Management HSBC Indonesia, menyatakan, minat nasabah tajir terhadap produk investasi jangka panjang masih tinggi.

"Nasabah memiliki minat untuk investasi dan asuransi," kata Steven. Sebelumnya, HSBC bekerjasama dengan Asuransi Allianz Life Indonesia meluncurkan produk college care, yakni produk asuransi pendidikan. Selain reksadana, bank asing asal Inggris ini menjual produk obligasi, asuransi dan deposito. Minat nasabah tajir HSBC terhadap produk asuransi dan investasi masing-masing sebesar 50%.

Meski enggan merinci, HSBC optimistis bisnis wealth management mampu tumbuh dobel digit di tahun 2014. Catatan saja, layanan BNI Emerald membidik nasabah tajir dengan minimal simpanan Rp 1 miliar. Sedangkan nasabah HSBC yang sudah memarkirkan dananya senilai Rp 500 juta di bank tersebut, otomatis masuk ke kelompok nasabah premier.

Credit Suisse dalam laporan Global wealth Databook 2013 mengungkapkan, jumlah kaum superkaya Indonesia menempati peringkat ke-22. Sementara, proyeksi Certified Wealth Manager's Association (CWMA), pertumbuhan bisnis wealth management tahun ini antara 15% - 20%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina