KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT BNI Multifinance atau BNI Finance berupaya untuk menjaga margin bunga bersih alias
net interest margin (NIM) tetap stabil. Hingga akhir tahun, BNI Finance menargetkan NIM terjaga di kisaran 4%. Chief Financial Officer BNI Multifinance, Legendariah Rasuanto mengatakan, pada awal tahun 2024, NIM BNI Finance naik ke kisaran 4,5%. Kenaikan NIM tersebut salah satunya akibat adanya diversifikasi sumber dana yang berasal dari kreditur-kreditur besar yang diterima sejak kuartal I 2024, dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang masih tinggi.
Baca Juga: Incar BOPO dibawah 70%, Begini Langkah CIMB Niaga Auto Finance “Perusahaan pembiayaan atau multifinance secara umum pergerakan NIM nya dipengaruhi oleh tren suku bunga acuan BI yang tetap di level 6,25% sejak April 2024,” kata Legendariah kepada Kontan.co.id, Minggu (18/8). Pada pada Juni 2024, NIM BNI Finance turun menjadi 3,9% Legendariah mengungkapkan, meskipun NIM perseroan menurun, dukungan dari induk perusahaan, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), membantu perusahaan menghemat biaya dana (
cost of fund/COF) dan menawarkan tingkat penjualan yang lebih kompetitif kepada calon debitur. Target pasar utama BNI Multifinance adalah pembiayaan mobil baru, sehingga memerlukan
pricing yang kompetitif untuk meningkatkan pangsa pasar. "Jadi saat ini, hingga akhir tahun 2024, BNI FInance akan terus fokus untuk Pembiayaan Mobil Baru saja," kata dia. Lengendariah juga memperkirakan bahwa NIM BNI Multifinance akan tetap stabil di kisaran saat ini hingga akhir tahun, berkat
cost of fund yang rendah dari kreditur utama. Sedangkan, untuk target sampai dengan akhir tahun ini, dia optimistis NIM akan ada di kisaran 4%. Legendarian mengatakan bahwa BNI Finance akan mendivesifikasi sumber pendanaan dari bank-bank besar untuk mengelola rasio NIM. “Hal itu tentunya agar dapat menjaga
cost of fund yang efisien,” ujarnya.
Baca Juga: BNI Finance Prediksi BOPO Naik pada Akhir Tahun 2024, Ini Sebabnya Terkait
cost of fund, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno juga mengatakan bahwa kenaikan suku bunga bisa menaikan
cost of fund perusahaan. Menurut dia, jika
cost of fund perusahaan naik, tetapi perusahaan tidak menaikkan harga jualnya, maka otomatis NIM nya pun akan berkurang. Namun hal ini juga tergantung dari kondisi masing-masing perusahaan, di mana perusahaan bisa melihat peluangnya masing-masing, apakah masih bisa mendapatkan keuntungan atau tidak dari sikap tidak menaikkan harga jual ketika
cost of fund naik. “Tapi yang terpenting perusahaan pembiayaan harus efisiensi dan efektivitas dalam mengatur BOPO atau rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional,” tandasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (18/8). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi