BNI jaga porsi dana murah 65% hingga akhir tahun



JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) mematok target penghimpunan dana murah berkisar di level 60%-65% dari total dana pihak ketiga (DPK) pada akhir tahun ini. Dana murah ini yang masuk ke tabungan dan giro, dan berbunga lebih murah ketimbang deposito.

Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta mengatakan, pihaknya telah menyiapkan beberapa strategi guna mendorong peningkatan dana murah atau current account and saving account (CASA).

Salah satunya dengan meningkatkan transaksi nasabah serta mendrong pengembangan teknologi digital banking serta promosi produk perseroan.


"Strategi dalam pencapaian dana murah ini dengan terus meningkatkan berbagai program pemasaran, penyempurnaan infrastruktur pendukung dan tentunya promosi yang mendukung produk giro dan tabungan BNI," ujar Herry saat dihubungi KONTAN, Rabu (26/7).

Tidak hanya itu, imbuh Herry pihaknya juga akan terus memperluas dan memperbanyak point of sales melalui cabang dan jaringan distribusi chanel digital banking perseroan. Langkah ini didorong juga dengan penguatan cash management sebagai pendukung kenaikan dana murah khususnya giro BNI.

Sementara untuk menjangkau nasabah yang berada di wilayah terpencil, bank berlogo 46 ini juga mengatakan akan mengoptimalkan pemanfaatan agen laku pandai perseroan atau Agen46 BNI yang tersebar di Indonesia sebagai salah satu point of sales perseroan.

Dengan demikian, hingga akhir tahun bank bersandi emiten BBNI ini optimis dana murah dapat tumbuh sekitar 20% secara tahunan atau year on year (yoy).

Sebagai informasi saja, hingga semester I 2017 total CASA BNI mencapai Rp 282,33 triliun atau tumbuh 19,4% secara yoy. Secara porsi atau rasio, CASA menyumbang sebesar 60,9% dari total DPK perseroan yang mencapai Rp 463,86 triliun per 31 Juni 2017. Rasio tersebut mengalami kenaikan tipis dibanding periode tahun lalu sebesar 60,4%.

Pertumbuhan CASA tersebut ditopang oleh pertumbuhan giro sebesar 26,7% yoy menjadi Rp 120,88 triliun dan tabungan 14,5% yoy menjadi Rp 161,44 triliun per semester I 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia