BNI kaji pembukaan kantor cabang di Timur Tengah



JAKARTA. Bank Negara Indonesia (BNI) tengah menjajaki ekspansi bisnis ke wilayah Timur Tengah. Direktur Keuangan BNI Rico Rizal Budidarmo mengungkapkan, perseroan tengah menjajaki kemungkinan membuka kantor cabang luar negeri (KCLN) di TImur Tengah, seperti di Jeddah, Saudi Arabia serta kota-kota lain di wilayah Timur Tengah.

Rico bilang, penjajakan membuka kantor cabang di wilayah tersebut lantaran banyak warga negara Indonesia yang menjadi pekerja ataupun menjalankan aktivitas bisnis disana. Sehingga BNI menilai terdapat potensi bisnis untuk membuka kantor cabang disana.

"Pada prinsipnya, kami membuka kantor cabang di negara yang banyak masyarakat Indonesia-nya juga disana. Sehingga, kami bisa mendukung pengembangan usaha bisnis masyarakat Indonesia juga," kata Rico di Jakarta, kemarin.


Selain di Timur Tengah, bank yang terkenal dengan logo 46 ini mendapat pendekatan dari pihak Australia untuk membuka cabang di negara tersebut. BNI pun menyambut positif pendekatan yang dilakukan Australia itu. Namun sepertinya, belum dalam waktu dekat bank dengan kode emiten BBNI ini membuka cabang di negeri Kanguru itu.

Hal ini lantaran menurut Rico, perseroan sampai dengan MEA 2020 akan fokus ekspansi bisnis di negara-negara ASEAN. Tahun ini, BNI tengah menanti terbitnya izin untuk membuka kantor cabang luar negeri di Myanmar. Untuk cabang di Myanmar nantinya akan berbentuk kantor perwakilan.

Kantor cabang representatif di Myanmar bertujuan untuk membangun hubungan dengan badan umum milik negara (BUMN) guna melakukan transaksi perbankan dengan bank-bank lokal Myanmar. Seperti diketahui, salah satu BUMN yaitu Semen Indonesia berencana untuk membangun pabrik di Myanmar. Pembukaan kantor cabang BNI di Myanmar dalam rangka mengakomodir kebutuhan dana bagi perusahaan asal Indonesia.

"Nanti kalau BUMN ekspansi ke negara-negara lain, maka kami juga akan ikut karena potensinya ada. Karena BUMN pun kalau membutuhkan dana pinjaman tidak mungkin datang ke bank yang ada di negara tersebut, karena tidak dikenal. BNI pun berani memberikan pinjaman karena telah mengetahui rekam jejak perusahaan tersebut selama berada di Indonesia," jelas Rico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri