Jakarta. Rencana Standard Chartered Plc untuk menjual aset di seluruh kawasan Asia, termasuk Indonesia, mendapatkan sambutan positif dari perbankan lokal. Di Indonesia, Standard Chartered punya dua aset utama yaitu kepemilikan 100% saham Standard Chartered Bank dan 44,56% saham di Bank Permata. Rencana penjualan aset ini demi membuat rapor kinerja keuangan induk di London kinclong. Seperti diketahui, pada 2015 kemarin, bank asal Inggris ini mencatat kerugian sebelum pajak US$ 1,5 miliar. Padahal pada 2014, Standard Chartered masih membukukan laba US$ 4,2 miliar. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) meminati saham Bank Permata. Sumber KONTAN yang mengetahui rencana BNI ini menyebutkan bahwa bank berlogo 46 ini sudah melakukan komunikasi awal dengan Standard Chartered.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni tidak membantah terkait dengan minat perusahaan terhadap saham Standard Chartered di Bank Permata. “Kami baru melakukan pembicaraan awal, lagipula untuk mencari bank yang cocok tidak mudah, prosesnya panjang,” ujar Baiquni kepada KONTAN, Rabu, (13/4). BNI mengaku sudah memasukkan rencana akusisi ini pada RBB pada 2016 ini. Pada 2016 ini BNI juga telah menganggarkan dana sebesar Rp 3 triliun untuk akusisi. BNI juga menyiapkan dana sebesar Rp 1 triliun - Rp 2 triliun. Dikonfirmasi terkait minat BNI terhadap saham Standard Chartered di Bank Permata,
Country Head Corporate Affairs and Brand & Marketing Standard Chartered Bank Indonesia, Troy Pantouw mengaku masih belum mengetahui terkait hal tersebut. “Kami masih belum ada informasi apapun tentang hal ini,” ujar Troy kepada KONTAN, Kamis, (14/4). Komisaris Independen Bank Permata, Tony Prasetiantono mengaku belum mendapatkan informasi mengenai minat BNI terhadap saham Standard Chartered di Bank Permata. Tony mengatakan, Bank Permata dalam waktu dekat ini masih fokus
right issue sebesar Rp 5,5 triliun. “
Right issue akan kami finalisasi pada 25 April 2016. Kami juga menyiapkan dokumen yang akan dikeluarkan pada 10-15 Mei 2016,” ujar Tony kepada KONTAN, Kamis, (14/4). Namun rencana penjualan mungkin akan menjadi rumit, karena dibatasi kesepakatan dengan Astra, yang juga pemegang saham terbesar Bank Permata. Astra Internasional juga punya saham Bank Permata sebesar 44,56%.
Investor Relations Astra International, Tira Adianti mengaku belum mendapatkan informasi mengenai minat BNI terhadap saham Standard Chartered di Bank Permata. Tira mengatakan Astra tetap positif terhadap prospek jangka panjang Bank Permata kedepannya. “Astra akan terus meninjau strategi bisnisnya agar senantiasa memberikan yang terbaik bagi pemangku kepentingannya,” ujar Tira kepada KONTAN.
Tira menjelaskan, Astra dan Standard Chartered akan selalu berkomunikasi secara rutin sebagai pemegang saham bank Permata. Hal ini juga termasuk mengenai rencana startegis jangka panjang Bank Permata sebagaimana normalnya praktik bisnis. Direktur Perizinan OJK, Sotarduga Napitupulu mengatakan bahwa regulator mikroprudensial masih belum mendapatkan info baik dari BNI maupun dari Standard Chartered. “Belum ada
shopping info dari pihak yang berkepentingan terkait isu ini,” ujar Sotar kepada KONTAN, Kamis, (14/4). Sebagai informasi, pada awal 2015 lalu, juga ada info Standard Chartered Bank Plc ingin melepas saham Bank Permata. Pada saat itu nilai saham 44,56% Standard Chartered di Bank Permata ditaksir sebesar US$ 638 juta atau sekitar Rp 8 triliun. Namun berdasarkan valuasi harga saham Bank Permata saat ini (14/4) sebesar Rp 855, diperkirakan harga 44,56% saham Standard Chartered di Bank Permata adalah sebesar Rp 4,29 trilun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto