JAKARTA. PT BNI Tbk mulai berjaga-jaga menghadapi kemungkinan kekurangan likuiditas valas. Oleh sebab itu mereka menggandeng Standard Chartered Bank (Stanchart) untuk membantu menyediakan valas. Kemarin BNI dan Stanchart mengikat kerjasama untuk saling memberikan bantuan likuiditas. Yang intinya Stanchart akan menyediakan likuiditas valas sesuai kebutuhan BNI. Sebaliknya BNI akan menyediakan dana rupiah yang dibutuhkan oleh Stanchart. Tapi mengenai berapa besar kesepakatan dana, hingga kini belum putus. Yang jelas, kesepahaman ini akan mempermudah pinjaman antar bank antara BNI dan Stanchart.
Direktur Treasury dan Internasional BNI Bien Soebiantoro menjelaskan, saat ini BNI dan SCB sama-sama punya kekuatan likuiditas. "BNI kuat dalam penghimpunan dana dalam rupiah, sedangkan Stanchart kuat dalam likuiditas dolar," kara Bien, Kamis (4/12). Dia menegaskan bahwa BNI memiliki likuiditas rupiah yang berlimpah. Hal ini terlihat dari dana masyarakat yang tersimpan di Bank BNI yang hingga awal Desember 2008, sudah mencapai Rp 157,59 triliun. Perinciannya simpanan berbentuk giro sebesar Rp 36,79 triliun. Lalu dalam bentuk tabungan sebesar Rp 49,01 triliun. Sedangkan dana yang tergolong mahal yakni deposito memiliki porsi paling besar, mencapai Rp 71,79 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 3,27% atau bertambah sebesar Rp 4,99 triliun dari posisi Rp 152,60 triliun per 25 Oktober 2008. Dalam kerjasama ini, nantinya baik Stanchart maupun BNI akan memberikan bunga yang lebih murah dari pasar. Selain pinjam meminjam, ada kemungkinan kedua bank melakukan fasilitas swap alias tukar menukar mata rupiah. Pinjam meminjam biasa CEO Stanchart Indonesia Simon Morris menilai kerjasama antarbank dalam menangkal krisis seperti saat ini sangat lumrah dan alami. "Kerjasama seperti ini sangat relevan untuk menjawab tantangan perbankan pada masa zaman sekarang," kata Simon. Direktur Utama BNI Gatot M. Suwondo juga mengakui bahwa kerjasama seperti ini sebenarnya bukan hal yang baru. Sebab selama ini BNI dan Stanchart telah melakukan kerjasama yang serupa pada saat terjadi krisis ekonomi 1998.
Pinjaman terakhir yang didapat BNI dari Stanchart adalah pinjaman bilateral sebesar US$ 150 juta pada Februari 2008. Tenornya saat itu 3 tahun dengan bunga sebesar tingkat antar bank di London (LIBOR) plus 110 basis poin (bps). Sebelumnya pada akhir 2006 silam, BNI juga mendapatkan fasilitas pinjaman valas sebesar US$150 juta dari sindikasi yang dipimpin oleh bank yang bermarkas di London, Inggris tersebut. "Jadi tak usah heran mendengar BNI mendapat kucuran dana Stanchart," tambah Bien. Selain kerjasama menyuplai likuiditas, BNI dan Stanchart juga bekerjasama meningkatkan kinerja perusahaan dalam pengembangan produk, transfer keahlian, perumusan prosedur dan juga manajemen risiko. "Manfaat yang kami dapat adalah dukungan dari Stanchart untuk menerapkan
best practice sesuai dengan standar perbankan internasional di BNI," terang Gatot Suwondo. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Didi Rhoseno Ardi