BNI Syariah fokus di KPR rumah pertama



JAKARTA. Rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) industri perbankan syariah naik tinggi. Per Juni 2015, NPF perbankan syariah menembus level 4,73%. Angka ini tumbuh 0,83% dibandingkan dengan NPF perbankan syariah periode yang sama tahun 2014 kemarin yang sebesar 3,90%.

Namun tingginya pertumbuhan NPF itu tidak berlaku bagi BNI Syariah. Pasalnya, NPF BNI Syariah pada semester pertama relatif rendah, yaitu hanya 2,6%. Rasio pembiyaaan bermasalah yang cukup rendah ini menyebabkan aset bisa bertumbuh 19% - 20%. Hingga saat ini aset mencapai Rp 21,3 triliun atau mendekati target akhir tahun sebesar Rp 21,7 triliun.

Direktur Utama Bank BNI Syariah Dinno Indiano mengatakan, rasio pembiyaan bermasalah yang rendah juga memicu kenaikan laba bersih yang sekarang tercatat sebesar Rp 141 miliar atau mendekati target akhir tahun sebesar Rp 163 miliar.


Untuk memacu kinerja sampai akhir tahun, BNI Syariah mengaku akan fokus ke penyaluran kredit kepemilikan rumah (KPR) pertama. “Kenapa semester pertama kami bisa bagus kinerjanya, hal ini karena penyaluran pembiyaaan utama perseroan adalah kredit rumah pertama, kedepannya akan kami tingkatkan,” ujar Dinno di Jakarta, kemarin.

Pada semester pertama, menurut Dinno, sekitar 45% dari total pembiyaaan disalurkan ke sektor produktif, sedangkan 55% sisanya disalurkan ke sektor konsumtif. Nah, dari 55% tersebut, hampir 83% disalurkan dalam bentuk pembiyaaan rumah pertama. Pada semester pertama lalu NPF pembiyaaan griya BNI Syariah hanya sebesar 1,6%. Pada semester dua ini, perseroan akan mengurangi penyaluran pembiyaaan bisnis produktif seperti mikro dan komersial. Sebab, pada semester pertama, kedua pembiyaaan tersebut menghasilkan NPF yang relatif tinggi. Selain itu, pada semester kedua ini perusahaan juga akan meningkatkan pengelolaan dana haji sehingga bisa meningkatkan CASA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri