BNI Syariah mengerem kinerja



JAKARTA. Kinerja kinclong di paro pertama tahun ini ternyata malah membuat Bank BNI Syariah mengerem ekspansi. Di semester kedua, anak usaha Bank Negara Indonesia (BNI) ini bakal menahan penyaluran pembiayaan demi memperbaiki kualitas pembiayaan di tengah perlambatan ekonomi kita.

Dinno Indiano, Direktur Utama BNI Syariah, mengatakan, banknya tidak bakal menggeber kinerja untuk mencapai target yang sudah ditetapkan di awal tahun. Dalam rencana bisnis bank (RBB), BNI Syariah mematok target aset sebesar Rp 22 triliun di akhir tahun 2015.

Sampai sekarang BNI Syariah baru mengumpulkan aset sebanyak Rp 20,8 triliun. "Dalam sisa waktu empat bulan, target tersebut tidak mungkin bisa dipenuhi," ungkap Dinno, Jumat (7/8).


Menurut Dinno, ekonomi yang sedang lesu menjadi alasan BNI Syariah mengerem pembiayaan. Sebaliknya, sembari berhati-hati menyalurkan pembiayaan, BNI Syariah akan fokus memperbaiki kualitas pembiayaan mereka.

Target BNI Syariah: kualitas pembiayaan membaik seiring dengan menurunnya rasio pembiayaan bermasalah atawa nonperformance finance (NPF) gross di bawah level 3%. Saat ini, NPF gross BNI Syariah bertengger di level 2,42%. "Meski terjadi kenaikan NPF secara tahunan (year on year), apabila NPF tetap terjaga, target laba kami bisa tercapai," kata Dinno.

Di pengujung tahun nanti, BNI Syariah membidik laba bersih sebesar Rp 163 miliar. Tapi, mereka percaya diri bisa melampaui target laba itu, dengan mengantongi keuntungan hingga Rp 200 miliar. Syaratnya, laju pembiayaan yang bermasalah bisa ditekan.

Gambaran saja, pembiayaan BNI Syariah per Juni 2015 meningkat sebesar 25,24% secara tahunan. Tapi, jika dihitung sejak awal tahun atau year to date, pembiayaan hanya tumbuh di kisaran 7% hingga Juni kemarin.

Walau mengerem pembiayaan, BNI Syariah tetap fokus menumbuhkan pembiayaan hunian (griya) dan pembiayaan produktif. Dinno bilang, dua segmen pembiayaan ini masih mampu tumbuh sebesar 20% di akhir tahun nanti dengan kualitas sehat.

Lantaran mengerem ekspansi, BNI Syariah belum berencana meminta suntikan modal kepada sang induk usaha. "Kami baru membutuhkan tambahan modal pada tahun 2017," ujar Dinno. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto