KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk optimistis dapat memacu kinerja di tahun ini. Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menyatakan stabilnya ekonomi domestik jadi katalis pertumbuhan bisnis yang sehat bagi industri perbankan. Ia menyebut, kredit perbankan akan naik 7% hingga 9% secara
year on year (YoY) di tahun 2023. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK), bisa tumbuh 7,2% sampai 8,5% di sepanjang tahun ini. “Kinerja BNI pada 2022, telah menunjukkan tren impresif dan kami melihat banyak peluang yg bisa kami tangkap untuk melanjutkan tren yang positif ini. Target pertumbuhan kredit BNI di 2023 sebesar 7% hingga 9%,” ujarnya belum lama ini.
Ia menyatakan, proyeksi kredit ini mempertimbangkan PDB yang moderat. Guna mencapai target itu, BNI akan fokus pada kualitas daripada kuantitas adalah hal yang paling tepat untuk dilakukan saat ini “Kami melihat mayoritas sektor ekonomi telah tumbuh pasca pandemi. Tahun ini kami juga fokuskan pada pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan, bni transformasi dengan fokus membangun portofolio yang sehat pada melalui ekspansi pada debitur top tier masing-masing industri dan regional,” tuturnya. Adapun fokus BNI dalam menghimpun DPK akan fokus pada dana murah alias
current account and saving account (CASA). Ini akan BNI kejar lewat strategi membangun transaksi berbasis casa melalui penyediaan solusi transaksi keuangan dan transaksi yang komprehensif dan reliabel.
Baca Juga: Pacu Bisnis Konsumer, BNI Gandeng LOTTE Mart Rilis Kartu Kredit Nir Sentuh Sedangkan rasio pendapatan bunga bersih atau
net interest margin (NIM) akan BNI jaga di kisaran 4,7% tahun ini. Novita menyatakan salah satunya dengan menjaga kualitas aset. “Tujuannya, BNI bisa hasilkan margin yang optimal. Selain itu, biaya kredit adalah salah satu area dimana kami punya tingkat kepercayaan yang tinggi bisa melakukan perbaikan,” jelasnya. Ia mengklaim strategi yang konservatif pada dua tahun ini memberikan hasil membaiknya biaya kredit. Oleh sebab itu, BNI memproyeksikan
cost of credit (COC) BNI akan turun di bawah 1,5% di 2023. “Hal ini karena perbaikan
non performing loan (NPL) dari 3% menjadi sekitar 2,5% pada tahun ini. Indikator, ini memberikan gambaran optimis kami untuk cetak profitabilitas yang sehat dan sustain sehingga beri nilai tambah yang optimal kepada seluruh pemangku. Adapun hingga akhir tahun lalu, bank bersandi saham BBNI ini mencatatkan laba bersih konsolidasi yang tercatat Rp 18,31 triliun. Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyatakan nilai itu tumbuh signifikan 68% YoY sebesar Rp 10,89 triliun. "Total kredit yang disalurkan di tahun 2022 telah mencapai Rp 646,19 triliun, tumbuh di atas target awal perusahaan yaitu mencapai 10,9% YoY, diikuti dengan NIM yang terjaga di posisi 4,8%. Pertumbuhan kredit yang sehat ditopang oleh ekspansi bisnis dari debitur top-tier dan bisnis turunannya yang berasal dari
value chain debitur," ujar Royke. Dari sisi likuiditas, BNI berhasil mencatatkan pertumbuhan CASA yang kuat sebesar 10,1% YoY, yang dihasilkan dari strategi perseroan untuk membangun
transaction-based CASA, melalui penyediaan solusi keuangan dan transaksi yang komprehensif dan
reliable. Pertumbuhan
fee-based income (FBI) pun tercatat sebesar 8,7% YoY menjadi Rp 14,8 triliun. Hal ini dicapai dengan melakukan pergeseran pola pertumbuhan FBI untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan biaya transfer melalui program BI Fast sejalan dengan trend menurunnya transaksi transfer antar bank. BNI secara inovatif berhasil menumbuhkan pendapatan non bunga yang memberi
value-added bagi nasabah. Contohnya di
retail banking, fitur
bill payment atau pembayaran tagihan saat ini berkontribusi lebih dari Rp 300 miliar ke pendapatan, atau tumbuh 18% YoY. Selain itu, di segmen Business Banking, BNI semakin aktif dalam memfasilitasi sindikasi dan mampu berkontribusi hampir Rp 1 triliun ke pendapatan non bunga, atau naik 100% dibandingkan tahun lalu. Hasil kinerja yang positif ini berdampak pada Pre-provisioning Operating Profit (PPOP) yang dibukukan sebesar Rp 34,4 triliun atau tumbuh 10,8% YoY. Selain itu, upaya perbaikan kualitas kredit melalui kebijakan perkreditan yang efektif mampu menekan rasio NPL sebesar 90 basis point (bps) secara tahunan menjadi 2,8%. Jumlah kredit yang direstrukturisasi dengan stimulus Covid juga terus menurun nilainya menjadi Rp 49,6 triliun atau setara dengan 7,8% dari total kredit. Penurunan di kuartal lalu terutama berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi.
Baca Juga: Begini Target Bisnis dan Strategi Bank BNI (BBNI) di Sepanjang 2023 Ia mencontohkan restoran, hotel, tekstil dan konstruksi, hal ini mengindikasikan bahwa bisnis debitur di sektor tersebut mulai kembali pulih. Trend positif pada kualitas aset ini juga mendorong pembentukan beban CKPN menjadi lebih rendah sehingga
Cost of Credit membaik dari 3,3% di tahun sebelumnya menjadi 1,9%. “Pertumbuhan PPOP yang kuat dan diikuti dengan perbaikan kualitas aset ini membuat kami mampu menutup 2022 dengan capaian yang menggembirakan. Laba bersih ini adalah tertinggi sepanjang sejarah dan berada di atas ekspektasi pasar,” pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari