JAKARTA. PT Bank BNI Tbk. akan menunda rencana penambahan modal hingga tahun depan. Agenda utama BNI di tahun ini adalah melakukan konsolidasi.Agenda konsolidasi BNI seperti meningkatkan pendapatan nonbunga. “Kami ingin memperbesar fee based income,” ujar Direktur Keuangan BNI Yap Tjay Soen. BNI mengejar kenaikan fee based indome karena pendapatan jenis ini yang mungkin naik tanpa harus meningkatkan biaya pendanaan alias cost of fund. Pendapatan non-bunga itu seperti pendapatan dari jasa layanan pembayaran.BNI menyadari, meningkatkan pendapatan bunga tidak mudah. Di saat tren bunga menurun, bank akan kesulitan mengerek tinggi bunga kredit "Pebisnis juga menginginkan bunga kredit yang rendah," ujar Yap. Untuk mempertahankan margin bunga, strategi yang disiapkan BNI adalah memperbesar porsi dana murah. Dengan memperbesar porsi dana murah, biaya pendanaan bakal mengecil. Jika penurunan biaya dana ini sejalan dengan pemangkasan bunga kredit, berarti BNI bisa mempertahankan margin bunga.Program konsolidasi BNI lainnya terkait dengan kredit. BNI ingin menekan kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL).BNI juga berniat memperbesar biaya pencadangan alias provisi NPL. Nilai provisi NPL di BNI sebenarnya sudah sama dengan nilai kredit bermasalah. Namun Yap menilai, BNI masih perlu memperbesar biaya provisi. Alasannya, banyak bank lain yang sudah menyiapkan biaya provisi hingga 150% NPL.Untuk penambahan modal, BNI sudah menyiapkan berbagai opsi. “Kami bisa melakukan penjualan saham kembali (rights issue) atau menerbitkan subdebt,” tutur Yap, Rabu (12/8). Namun Yap mengakui, opsi penerbitan obligasi subordinasi lebih mungkin dipilih. Penyebab BNI lebih memilih penerbitan subdebt sederhana saja. Proses penerbitan obligasi subordinasi lebih cepat dibandingkan waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan rights issue.Namun BNI sudah mengulur waktu penerbitan subdebt hingga tahun mendatang. BNI ingin menunggu situasi pasar keuangan lebih baik lagi, hingga obligasi mereka bisa terserap.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BNI Tunda Penambahan Modal Hingga 2010
JAKARTA. PT Bank BNI Tbk. akan menunda rencana penambahan modal hingga tahun depan. Agenda utama BNI di tahun ini adalah melakukan konsolidasi.Agenda konsolidasi BNI seperti meningkatkan pendapatan nonbunga. “Kami ingin memperbesar fee based income,” ujar Direktur Keuangan BNI Yap Tjay Soen. BNI mengejar kenaikan fee based indome karena pendapatan jenis ini yang mungkin naik tanpa harus meningkatkan biaya pendanaan alias cost of fund. Pendapatan non-bunga itu seperti pendapatan dari jasa layanan pembayaran.BNI menyadari, meningkatkan pendapatan bunga tidak mudah. Di saat tren bunga menurun, bank akan kesulitan mengerek tinggi bunga kredit "Pebisnis juga menginginkan bunga kredit yang rendah," ujar Yap. Untuk mempertahankan margin bunga, strategi yang disiapkan BNI adalah memperbesar porsi dana murah. Dengan memperbesar porsi dana murah, biaya pendanaan bakal mengecil. Jika penurunan biaya dana ini sejalan dengan pemangkasan bunga kredit, berarti BNI bisa mempertahankan margin bunga.Program konsolidasi BNI lainnya terkait dengan kredit. BNI ingin menekan kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL).BNI juga berniat memperbesar biaya pencadangan alias provisi NPL. Nilai provisi NPL di BNI sebenarnya sudah sama dengan nilai kredit bermasalah. Namun Yap menilai, BNI masih perlu memperbesar biaya provisi. Alasannya, banyak bank lain yang sudah menyiapkan biaya provisi hingga 150% NPL.Untuk penambahan modal, BNI sudah menyiapkan berbagai opsi. “Kami bisa melakukan penjualan saham kembali (rights issue) atau menerbitkan subdebt,” tutur Yap, Rabu (12/8). Namun Yap mengakui, opsi penerbitan obligasi subordinasi lebih mungkin dipilih. Penyebab BNI lebih memilih penerbitan subdebt sederhana saja. Proses penerbitan obligasi subordinasi lebih cepat dibandingkan waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan rights issue.Namun BNI sudah mengulur waktu penerbitan subdebt hingga tahun mendatang. BNI ingin menunggu situasi pasar keuangan lebih baik lagi, hingga obligasi mereka bisa terserap.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News