KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank BUMN kerap aktif menyalurkan kredit ke sektor pertanian. Hal ini dilakukan lantaran berkaitan dengan program Pemerintah untuk menjaga stabilitas harga pangan. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya yang beberapa waktu lalu telah menyerap 700 ton gabah di kawasan Jawa Timur dalam kurun waktu dua bulan. Sekretaris Perusahaan BNI Ryan Kriyanto mengatakan, selain ikut dalam program serap gabah (Sergab) yang digagas Pemerintah, pihaknya juga turut menyalurkan pembiayaan ke sektor pertanian. Pun, meski jumlah petani mengalami penurunan Ryan menilai sektor ini masih memiliki potensi tinggi. Harga komoditas yang saat ini tengah membaik disebut menjadi salah satu pendorong tumbuhnya sektor pertanian.
"Pembiayaan ke sektor pertanian cenderung meningkat karena prospek harga komoditas membaik seiring dengan outlook pertumbuhan ekonomi global yang membaik dipicu oleh perbaikan ekonomi di Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Tiongkok," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (9/4) lalu. Bank berlogo 46 ini juga memandang, risiko kredit di sektor pertanian masih terkendali. Salah satunya ditopang oleh strategi bisnis perseroan yang mengedepankan prinsip kehati-hatian (
prudent) dalam menyalurkan kredit. "Asesmen terhadap berbagai faktor, termasuk perubahan musim panen, juga kami perkuat agar kualitas kredit dapat dijaga di level rendah," tuturnya. Dus, Ryan beranggapan pada tahun 2018 ini penyaluran kredit ke sektor pertanian mampu didorong untuk tumbuh di kisaran 10%. Sebagai gambaran saja, dalam presentasi perusahaannya BNI memang cukup aktif menyalurkan kredit ke pertanian ke beragam segmen. Segmen kredit korporasi BNI misalnya dalam tiga bulan pertama tercatat penyaluran kredit ke sektor agrikultur mencapai Rp 34,05 triliun. Jumlah tersebut setara 15,8% dari total kredit korporasi perseroan yang mencapai Rp 216,08 triliun. Kendati demikian, porsi tersebut tercatat paling rendah sejak tahun 2016 yang sempat mencapai 18,3%. Meski begitu, untuk sektor korporasi pertumbuhan penyaluran kredit BNI cenderung melambat atau menurun 11,9% secara tahunan dibanding realisasi periode tahun sebelumnya Rp 38,64 triliun. Adapun,
non-performing loan (NPL) segmen korporasi BNI di sektor agrikultur per kuartal I 2018 tercatat 0,0% membaik dari kuartal I 2017 0,2%. Sementara untuk segmen komersial atau kredit menengah BNI ke sektor agrikultur tumbuh signifkan. Per kuartal I 2018 total kredit komersial BNI ke sektor agrikultur mencapai Rp 3,11 triliun atau tumbuh 38,1% yoy dari posisi tahun sebelumnya Rp 2,25 triliun. NPL agrikultur di segmen ini juga mengalami perbaikan dari 2,8% di kuartal pertama 2017 menjadi 1,3% per kuartal I 2018. Adapun, untuk segmen kredit usaha kecil BNI ke sektor agrikultur mencatatkan pertumbuhan paling tinggi. Per kuartal I 2018 realisasi kredit usaha kecil BNI ke sektor agrikultur mencapai Rp 4,53 triliun atau tumbuh 59,7% secara yoy. Sama seperti segmen sebelumnya, NPL segmen usaha kecil di agrikultur juga menurun secara tahunan dari 3,5% menjadi 2,2%. Bila diakumulasi dari keseluruhan segmen, per kuartal I 2018 penyaluran kredit BNI ke sektor agrikultur tercatat mencapai Rp 41,7 triliun. Jumlah ini tercatat menurun 4,66% secara yoy dibanding total kredit seluruh segmen ke sektor agrikultur di kuartal I 2017 yang mencapai Rp 43,74 triliun. "Kredit BNI ke sektor pertanian kami proyeksikan tumbuh sekitar 10% tahun ini dibandingkan realisasi akhir 2017 lalu," kata Ryan. Adapun, per akhir tahun 2017 lalu total kredit seluruh segmen BNI ke agrikultur mencapai Rp 46,24 triliun tumbuh 13,27% dibanding realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp 40,82 triliun. Sebagai tambahan informasi saja, sepanjang kuartal I 2018, outstanding kredit ke sektor pertanian tercatat mengalami pertumbuhan cukup tinggi. Berdasarkan statistik perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kredit ke sektor pertanian, perburuan dan kehutanan mencapai Rp 319,6 triliun per akhir Maret 2018.
Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 12,35% secara tahunan atau
year on year (yoy) dari posisi bulan Maret 2017 Rp 284,46 triliun. Penyaluran tertinggi berasal dari kategori BUKU IV dengan total penyaluran kredit ke sektor ini mencapai Rp 238,29 triliun atau tumbuh 12,61%. Secara industri, NPL sektor ini masih terbilang rendah sebesar 1,3% per akhir Maret 2018, menurun bila dibandingkan periode tahun sebelumnya yang mencapai 2,1%. Resiko kredit rendah, BNI yakin kredit pertanian tumbuh 10% tahun ini Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia