KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menyeragamkan metode penghitungan indeks saham berdasarkan jumlah saham publik yang beredar alias
free float. Melalui metode tersebut, diharapkan perdagangan saham dapat berjalan dengan lebih wajar dan efisien. Sejauh ini, baru ada sembilan indeks yang sudah menggunakan metodologi
free float. Sementara 29 indeks lainnya masih menggunakan metode rata-rata tertimbang atas kapitalisasi pasar alias
market capitalization weighting. Metode lama ini memperhitungkan seluruh saham tercatat sebagai pembobotan. Pada 1 Juli mendatang, indeks SRI-KEHATI merupakan salah satu indeks yang akan melakukan penyesuaian tahap I untuk menggunakan metode
free float. Indeks yang satu ini, terbilang cukup banyak digunakan sebagai acuan reksadana indeks maupun reksadana ETF.
Tak pelak, para manajer investasi (MI) yang memiliki produk reksadana berbasis SRI-KEHATI bersiap melakukan
rebalancing. Salah satunya adalah BNP Paribas Asset Management yang memiliki produk reksadana BNP Paribas Sri Kehati.
Baca Juga: IHSG kembali ke bawah level 6.000, begini proyeksi untuk Rabu (9/6) Direktur BNP Paribas AM Djumala Sutedja menjelaskan, pihaknya menyambut positif penyesuaian pembobotan tersebut karena bertujuan meningkatkan kualitas pasar saham Indonesia di mata dunia. Terkait dengan penerapan penyesuaian tersebut ke produk reksadana BNP Paribas Sri Kehati, Djumala mengaku pihaknya juga akan melakukan penyesuaian sesuai dengan ketentuan OJK untuk reksadana indeks, dan menyesuaikannya dengan timeline yang telah ditetapkan oleh pihak BEI. Dia menjelaskan, dalam penyesuaian porsi bobot per saham dibatasi menjadi max 15%, maka bobot di saham-saham lainnya secara pro-rata akan disesuaikan. Sehingga beberapa saham bobotnya akan menjadi naik. “Hal tersebut akan membuat portfolio menjadi lebih well diversified dibandingkan sebelumnya. Karena tingkat konsentrasi di saham-saham tertentu menjadi lebih berkurang, sehingga diharapkan kinerja indeks juga menjadi lebih stabil (less volatile),” kata Djumala kepada Kontan.co.id, Selasa (8/6).
Baca Juga: Bobot indeks Sri-Kehati berdasarkan free float lebih mencerminkan likuiditas Lebih lanjut, Djumala menyebut, merujuk data per 7 Juni 2021, di dalam indeks SRI Kehati, bobot saham yang melebihi 15% adalah PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) di 26% dan PT Bank Rakyat Indonesia (
BBRI) di 17%. Dengan pembatasan 15% per saham, maka dari kedua saham ini diperkirakan akan terdapat penyesuaian sebesar 13% untuk dialokasikan ke saham-saham lainnya dalam index. Selain itu, masih akan terdapat penyesuaian atas saham-saham lainnya untuk penyesuaian free float. Dalam hal ini, Djumala menyebut pihaknya akan cenderung menunggu hasil perhitungan terakhir dari BEI sebelum melakukan penyesuaian lebih lanjut terhadap portofolio.
Dengan adanya
rebalancing tersebut, dia melihat hasilnya akan akan sangat bergantung pada harga pasar pada tanggal efektif terjadinya perubahan indeks, dam seberapa perubahan yang terjadi dalam indeks tersebut. “Tetapi kami percaya karena saham-saham tersebut merupakan pilihan BEI dan Yayasan Kehati, di mana fokusnya adalah pada perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria SRI (Sustainable and Responsible Investment). Kami percaya indeks SRI Kehati dapat membantu investor dalam mendapatkan kinerja jangka panjang yang lebih
sustainable,” pungkas Djumala.
Baca Juga: Pembobotan free float pada indeks Sri-Kehati dinilai berdampak positif Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati