KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) mengerahkan drone untuk memantau aktivitas vuklanik di Gunung Agung. Menurut BNPB, aktivitas vulkanik Gunung Agung masih tinggi sehingga PVMBG masih menetapkan status awas atau di Level 4 sejak Jumat (22/9) hingga saat ini. Kepala BNPB Willem Rampangilei yang menginisasi penggunaan drone ini mengatakan drone yang digunakan untuk memantau kawah Gunung Agung harus yang punya kemampuan terbang tinggi dan dapat mendokumentasikan semua fenomena di kawah. "Tanpa drone kita tidak tahu apa yang terjadi. Citra satelit tidak dapat setiap saat memantau perkembangan kawah. Oleh karena itu, drone menjadi pilihan yang terbaik. Aman, efektif dan update,” kata Willem, seperti dikutip dari siaran pers dari BNPB, Rabu (11/10).
BNPB mengerahkan 5 unit drone dengan spesifikasi berbeda. 3 unit drone fixed wing yaitu Koax 3:0, Tawon 1.8 dan Mavic, sedangkan 2 unit drone jenis rotary wing adalah multi rotor M600 dan Dji Phantom. Drone Koax 3:0 dan Tawon 1.8 memiliki kemampuan terbang hingga 13.000 kaki. Mengingat tinggi Gunung Agung sekitar 10.400 kaki, maka diperlukan drone yang memiliki kemampuan terbang tinggi. Adapun drone rotary wing digunakan karena mampu terbang ketinggian 500 meter untuk memetakan permukiman dan alur-alur sungai. Untuk mendukung semua itu digunakan Ground Control Station yang mobile. Persiapan untuk menerbangkan drone ini telah dilakukan pada Rabu (11/10/2017). Flight plan dan ujicoba terbang telah dilakukan hari ini dari landas pacu di Kubu. Siang tadi, flight plan terbang berputar Gunung Agung sampai ketinggian 11.500 kaki telah dilakukan menggunakan drone jenis Tawon 1.8. Namun saat drone terbang diketinggian 6.000 kaki, kamera mengalami masalah maka drone kembali ke landasan. Pesawat normal dan mampu terbang tetapi adanya risiko blind flight di gunung maka penerbangan tidak dilanjutkan. Rencana misi penerbangan akan dilakukan besok Kamis pagi (12/10) dari Kubu. Penggunaan drone untuk penanggulangan bencana bukanlah hal yang baru. Beberapa kali BNPB bersama Lapan, BIG, BPPT, TNI, Basarnas, BPBD dan relawan menerbangkan drone untuk penanganan bencana seperti dalam penanganan letusan Gunung Sinabung, Gunung Kelud, banjir Jakarta, longsor Ponorogo, longsor Banjarnegara dan lainnya. BNPB menyebut, sebuah studi yang dilakukan Palang Merah Amerika menyatakan drone adalah salah satu teknologi baru yang paling menjanjikan dan ampuh untuk meningkatkan respon bencana. Gambar dan video yang dihasilkan dari drone menjadi sumber informasi yang penting bagi pemerintah selaku pemegang keputusan, dan juga bagi masyarakat dalam angka memberikan informasi, edukasi,dan menumbuhkan kesiapsiagaan. Hingga saat ini, dorongan magma ke permukaan masih berlangsung sehingga muncul rekahan di kawah Gunung Agung. Dari rekahan tersebut keluar asap putih bertekanan rendah dengan tinggi 50-200 meter. Asap tersebut adalah proses uap air yang terpanaskan. Secara visual belum terlihat tanda-tanda letusan Gunung Agung. Radius berbahaya yang harus dikosongkan sesuai rekomendasi PVMBG adalah radius 9 kilometer dari puncak kawah dan 12 kilometer di sektor utara - timur laut dan sektor tenggara - selatan - barat daya.
Tidak adanya peralatan di puncak kawah menyebabkan tidak dapat diketahui kondisi visual secara terus menerus. Sementara itu puncak kawah berbahaya dan tidak boleh ada aktivitas masyarakat. Oleh karena untuk melakukan pemantauan puncak kawah dan lingkungan sekitar Gunung Agung, BNPB bersama PVMBG menerbangkan drone atau pesawat tanpa awak. (Robertus Belarminus) Berita ini telah tayang di Kompas.com dengan judul:
BNPB Terbangkan Drone untuk Pantau Kawan Gunung Agung Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini