Bobot indeks berubah, manager investasi bakal lakukan rebalancing



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perubahan pembobotan indeks yang dilakukan Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal berdampak pada alokasi reksadana terhadap saham-saham yang mengalami perubahan bobot tersebut. Umumnya ini akan terjadi pada reksadana indeks dan Exchange Traded Fund (ETF) yang mengacu pada indeks tersebut.

Asal tahu saja, BEI bakal merubah bobot emiten ke indeks LQ45, IDX30 dan Sri Kehati per 4 Mei 2020 nanti. Pada masing-masing indeks tersebut, terdapat beberapa saham yang mengalami penurunan maupun kenaikan bobot, bahkan ada yang keluar dari indeks. 

Baca Juga: Menguat hari ini, simak prediksi IHSG untuk Rabu (29/4)


Direktur Utama PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) Edward Lubis mencontohkan, jika suatu reksadana saham mengacu pada indeks LQ45, maka bobot per saham dalam reksadana tersebut tentunya akan disesuaikan mengikuti indeksnya. 

"Mengenai timing penyesuaian dan berapa besar yang di adjust, tergantung dari fund manager masing-masing," kata Edward kepada Kontan, Selasa (28/4).

Untuk itu, Edward meyakini perubahan pembobotan indeks turut berdampak pada strategi pengelolaan reksadana yang mengacu pada indeks-indeks tersebut. Apalagi untuk ETF, sudap pasti akan terjadi adjustment terhadap portofolionya di reksadana ETF-nya atau rebalancing

Meskipun begitu, adjusment yang bakal dilakukan manajer investasi (MI) menjadi hal yang wajar, mengingat peristiwa tersebut akan terjadi pada setiap indeks. Rata-rata perubahan dilakukan enam bulan sekali, di mana masing-masing indeks sudah memberitahukan jadwal perubahan tersebut. "Jadi, fund manager biasanya sudah mengantisipasi adanya proses rebalancing setiap periode perubahan indeks tersebut," tandasnya. 

Baca Juga: Ini delapan saham net buy terbesar asing pada perdagangan Selasa (28/4)

Adapun terkait prospek saham yang mengalami perubahan bobot, Edward mengatakan bahwa prospek sangat bergantung pada fundamental bisnis masing-masing emiten tersebut. Menurutnya, saham yang memiliki prospek positif adalah emiten yang dapat bertahan dan prospek dalam kondisi pandemi saat ini.

"Misalnya sektor telekomunikasi, farmasi dan perusahaan-perusahaan yang penjualannya menggunakan dollar AS," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi