KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN) tercatat mengalami penurunan bobot terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal ini merupakan hasil evaluasi yang dilakukan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk bulan September 2024. Melansir keterbukaan informasi, BEI meluncurkan pengumuman evaluasi lima indeks pada tanggal 24 September 2024, termasuk IHSG.Evaluasi yang dilakukan BEI ini termasuk jenis evaluasi minor. Periode efektif evaluasi ini berlaku mulai 1 Oktober 2024 hingga 31 Desember 2024. Dalam lampiran pengumuman tersebut, BREN saat ini tercatat memiliki rasio free float sebesar 11,73%.
Sebelum evaluasi, bobot saham BREN terhadap IHSG mencapai 4,30% dengan jumlah saham untuk perhitungan IHSG sebanyak 15.693.123.606 saham. Setelah evaluasi, jumlah saham BREN untuk IHSG masih tetap sebanyak 15.693.123.606 saham. Namun, bobot saham BREN ke IHSG turun menjadi 4,25%.
Baca Juga: Banderol BREN Melorot Lagi, Ini Target Harga untuk Masuk Ke Saham Orang Terkaya RI Direktur Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada melihat, evaluasi indeks merupakan hal yang rutin dilakukan BEI. Tujuannya, untuk menilai saham-saham mana yang masuk dalam indeks tertentu. “Hasil evaluasi itu nantinya bisa menjadi acuan investasi bagi para investor, baik ritel maupun institusi dalam mengelola portofolio mereka,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (26/9). Pembobotan kerap kali dilakukan dengan tujuan memperoleh gambaran jelas terkait imbas atau pengaruh dari suatu saham terhadap indeks tersebut. “Penurunan bobot BREN dikarenakan BEI sudah menganggap nilai perseroan sudah cukup tinggi di dalam IHSG tersebut,” ungkapnya. Menurut Reza, adanya perubahan bobot terhadap suatu saham dalam indeks acuan dipengaruhi oleh pergerakan harga saham, jumlah saham beredar, kapitalisasi pasar, dan lainnya. “Sehingga, jika terjadi penurunan bobot, maka perlu dilihat apakah hal-hal tersebut sedang mengalami penurunan atau tidak,” ungkapnya. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer mengatakan, pergerakan harga saham BREN memang memiliki berdampak yang cukup besar ke IHSG. Namun, secara umum, sentimen IHSG masih berpotensi mengalami penguatan hingga akhir semester II 2024. “Hal ini didorong oleh sejumlah sentimen positif, seperti penguatan rupiah, penurunan kebijakan moneter bank sentral, dan aliran masuk dana asing yang masih kuat,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (25/9).
Khaer melihat, pergerakan saham BREN saat ini sudah terbilang cukup
priced-in, bahkan dengan sentimen dikeluarkannya perseroan dari indeks FTSE Global Equity Series - Large Cap pada Rabu kemarin. “Oleh karena itu, jika pun ada pelemahan harga saham BREN di periode berikut berikutnya, pelemahan akan cenderung terbatas,” ungkapnya.
Namun, harga saham BREN dinilai masih sangat volatil, sehingga Khaer masih merekomendasikan
wait and see untuk BREN. “Sedangkan, investor yang sudah memegang saham BREN,
hold saja terlebih dahulu sampai ada indikasi harga saham sudah
priced-in,” ungkapnya. Melansir RTI, harga saham BREN turun 3,46% ke Rp 6.975 per saham hingga penutupan perdagangan hari Rabu kemarin, saat perseroan resmi keluar dari indeks FTSE Global Equity Series - Large Cap. Pada perdagangan Kamis (26/9), saham BREN ditutup menguat 4,66% ke level Rp 7.300 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih