Boby kepincut tato saat umroh di tanah suci



Menjadi seniman tato, sejatinya, bukan cita-cita Boby Cahyadi. Ia tidak sengaja mencintai seni tubuh ini. Belajar pun secara otodidak melalui internet. Uncle Bob, begitu ia biasa disapa, juga ahli merajah tubuh dengan tinta flourescent atawa populer dengan sebutan tato ultra violet alias UV. Pengerjaannya, membutuhkan ketelitian yang lebih ekstra.Kecintaan Boby Cahyadi pada tato tumbuh saat ia sedang menunaikan ibadah umroh di Tanah Suci pada 2004 lalu. Saat melakukan tawaf, pria yang lebih akrab disapa Uncle Bob itu melihat orang India yang mengenakan piercing dan tato.Dari situlah, Uncle Bob mulai tertarik dengan keindahan tato. Kebetulan, sekembalinya dari Arab Saudi, teman dekatnya memberi dia mesin pembuat tato. Ini makin membulatkan tekadnya untuk belajar tato dan aneka body art lainnya seperti piercing secara otodidak. Ia banyak belajar dari internet, misalnya saja, situs Youtube.Seniman tato dan pemilik Banana Body Art itu bilang, belajar membuat tato adalah hal yang sulit bagi dirinya. "Apalagi, saya tidak hobi menggambar," ungkapnya.Setelah puas belajar teori, Uncle Bob kemudian mencoba mempraktekkannya pertama kali di kulit pisang. "Nama Banana Body Art terinspirasi dari sini," ujarnya. Sukses bereksperimen dengan kulit pisang, ia pun mulai berani merajah tubuhnya sendiri.Begitu sudah lihai dengan tato permanen, seiring dengan tren tato ultra violet atawa UV, Uncle Bob lalu mencoba seni melukis tubuh ini pada 2007, meski pasarnya sangat terbatas.Peminatnya, kebanyakan anak SMA yang ingin punya tato tapi dilarang oleh sekolah mereka. Tato UV menjadi solusi, karena baru terlihat saat terkena sorotan lampu UV, backlight, atau fluorescent lamp. Bagi yang hobi dugem, gemerlap lampu diskotek bakal menunjukkan keberadaan tato UV-nya."Bagi pehobi tato yang sudah dewasa, kebanyakan ogah pakai tato jenis ini," ujar Uncle Bob.Tato UV sebenarnya sama saja dengan tato permanen biasa. Yang membedakannya, hanya jenis jarum dan tinta saja. Tato UV menggunakan jarum round shader dan tinta UV berbahan dasar fluorescent. Lalu, pengerjaannya di ruangan gelap dan hanya menggunakan lampu UV untuk menerangi bagian tubuh yang sedang dirajah.Itu sebabnya, pembuatan tato UV membutuhkan ketelitian yang lebih ekstra dibandingkan dengan tato permanen biasa.Di Indonesia, seni merajah tubuh secara umum memang tergolong barang mewah. Pasalnya, semua peralatannya, seperti mesin, jarum, dan tinta, masih diimpor dari Amerika Serikat. Untunglah, belum lama ini, di Singapura ada sebuah toko menjual barang-barang tersebut.Apalagi, untuk tato UV, masih masuk kategori supermewah. Termasuk ongkos pembuatannya. Sekadar perbandingan, untuk tato permanen ukuran 5 cm x 5 cm saja dibanderol dengan harga Rp 450.000. Adapun tato UV berukuran sama mencapai Rp 700.000.Soalnya, tinta UV lebih mahal, yakni Rp 400.000 per 15 mililiter (ml). Bandingkan dengan tinta tato biasa yang cuma Rp 180.000 per 30 ml. "Namun sebetulnya, yang bikin mahal terutama karena butuh tingkat ketelitian yang jauh lebih ekstra," ujarnya.Tak heran, meskipun peminatnya relatif sedikit, dengan harga yang sangat tinggi, Uncle Bob mampu meraup omzet jutaan rupiah. Menurut dia, per orang biasanya mengeluarkan bujet minimal Rp 3,5 juta untuk membuat tato UV.Uncle Bob menjamin, tato UV tidak berbahaya bagi kesehatan. Sebab, tato UV berbeda dengan tato glow in the dark. Tato glow in the dark memakai tinta yang mengandung fosfor, yang bekerja dengan cara menyerap cahaya dan akan memantulkannya saat cahaya di sekitarnya padam. "Bahan ini memang sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kanker jika masuk ke kulit manusia," katanya.Adapun, tato UV menggunakan tinta berbahan dasar fluorescent, yang juga mampu menyerap cahaya, namun tidak akan bersinar jika tak disorot lampu UV. "Tinta ini sudah dinyatakan aman Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat," ujar Uncle Bob.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi