Boediono minta negara Islam tingkatkan kerja sama



JAKARTA. Salah satu masalah yang membelit negara-negara Islam belakangan ini adalah keamanan. Di mana sebagian besar negara-negara yang didominasi kaum muslimin di Timur Tengah masih dilanda konflik sehingga menutup peluang bagi pertumbuhan bisnis dan ekonomi yang lebih baik.

Agar persoalan itu bisa teratasi, perlu kerjasama yang kuat di antara negara-negara Islam dalam bidang ekonomi dan keamanan. Hal itu dikatakan Wakil Presiden Boediono dalam forum World Islamic Economic Forum ke-9 di London, Inggris, seperti dikutip dari situs wapres, Selasa (29/10).

Wapres mengatakan, ekonomi dunia diperkirakan sedikit membaik tahun depan. Namun perbaikan bukanlah perbaikan yang signifikan.


Kendati demikian, perbaikan ini cukup sebagai bentuk perbaikan dari tahun-tahun sebelumnya. Karena itu, situasi ketidakpastian finansial masih terasa demikian tinggi yang membuat setiap negara harus tetap waspada. Secara khusus Wapres menyorot tentang perkembangan konflik di banyak daerah yang terjadi di tempat-tempat di mana sebagian besar kaum Muslim bermukim.

"Meski World Islamic Economic Forum khususnya membahas tentang isu ekonomi dan bisnis, tak mungkin kita menghindar bahwa masalah keamanan sangat mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan," terang Mantan Gubernur Bank Indonesia tersebut. Wapres yang mewakili Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di forum tersebut mengatakan bahwa dalam forum  di mana para pemimpin politik dan pemimpin bisnis dari negara-negara Muslim bertemu, tidak ada salahnya membicarakan tentang isu-isu keamanan.

"Bagaimana kita bisa mengurangi penderitaan mereka dan mendukung perdamaian di wilayah-wilayah konflik?” tutur Wapres dalam forum yang dihadiri Perdana Menteri Malaysia Najib Razak di Excel London International Exhibition and Convention Center, Inggris Raya. Turut hadir pula pimpinan negara dan pemerintahan dari 10 negara-negara Muslim seperti Afganistan, Bangladesh, Bermuda, Bosnia dan Herzegovina, Brunei Darussalam, Yordania, Kosovo, Maroko dan Pakistan.

Secara global, lanjut Wapres, terdapat pertanyaan besar akan bagaimana situasi keuangan global dan prospeknya ke depan untuk satu sampai dua tahun ke depan.

Dari pesan yang sama yang diperoleh dari pertemuan G-20, APEC Summit dan Rapat Tahunan World Bank, IMF didapatkan bahwa ekonomi global berubah di mana pertumbuhan negara-negara berkembang melambat dan negara-negara maju justru membaik. Maka, menurut Wapres, isu penting pertama yang sebaiknya menjadi bagian dari forum ini adalah mengidentifikasi opsi-opsi kerjasama di antara korporasi dan negara-negara muslim serta negara-negara non muslim dengan tujuan memaksimalkan potensi pertumbuhan.

Isu kedua adalah mengantisipasi ancaman ketidakstabilan di wilayah masing-masing akibat kondisi keuangan global. Di samping persoalan makro ekonomi dalam forum bertema "Changing World, New Relationship" itu, Wapres menuturkan ada sejumlah isu lain yang menjadi masalah mendasar di dalam forum ekonomi negara-negara muslim beberapa tahun terakhir.

Antara lain, bagaimana upaya kolektif mengatasi ancaman perubahan iklim, bagaimana mempercepat pertumbuhan institusi-institusi finansial Islam untuk membantu umat.

Lalu, bagaimana mengatasi masalah dasar kurangnya infrastruktur yang dihadapi banyak negara-negara berkembang seperti kita dan bagaimana meningkatkan peran perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga, masyarakat dan pertumbuhan ekonomi secara global.

Terakhir, bagaimana meningkatkan peran usaha kecil dan menengah serta pertanian-pertanian kecil yang menjadi tumpuan hidup sebagian besar umat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan